Penulis: Dudi Duta Akbar

Para CEO dan pemimpin bisnis di Indonesia selalu mencari bacaan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan manajemen yang berharga. Baru-baru ini, The Economist merilis “Daftar Bacaan Alternatif untuk CEO,” yang mencakup buku-buku manajemen yang menembus batas genre tradisional. Salah satu buku yang disorot adalah karya klasik Joseph Conrad, “Heart of Darkness”.

Conrad’s “Heart of Darkness” dikenal sebagai kritik terhadap kolonialisme di Afrika dan eksplorasi kekuasaan serta moralitas. Namun, siapa sangka novel ini juga bisa menjadi panduan dalam menghadapi birokrasi korporat? Dalam ceritanya, tokoh Marlow harus menghadapi kapal uap yang rusak dan manajer yang tidak berguna. Situasi ini sangat mirip dengan tantangan yang dihadapi di perusahaan besar, di mana seringkali pemimpin harus mengambil alih situasi yang kacau.

Marlow yang harus memecahkan masalah sendiri karena ketidakmampuan atasannya mengingatkan kita pada situasi di banyak perusahaan saat ini. Seorang manajer yang hanya bisa menjalankan rutinitas tanpa inovasi dan inspirasi dapat menghambat perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, buku ini mengajarkan pentingnya inisiatif dan kepemimpinan yang tangguh di lingkungan bisnis yang penuh tantangan.

Daftar bacaan ini menawarkan perspektif baru bagi para eksekutif untuk merenungkan pendekatan mereka terhadap manajemen. Membaca buku-buku yang keluar dari jalur manajemen konvensional dapat memberikan wawasan berharga tentang kepemimpinan dan pengambilan keputusan di dunia bisnis yang dinamis.

Bagi para CEO di Indonesia, memasukkan buku-buku seperti “Heart of Darkness” ke dalam daftar bacaan mereka dapat menjadi langkah yang bijak. Selain mendapatkan hiburan, mereka juga dapat memetik pelajaran tentang bagaimana mengelola tim dan organisasi dengan lebih efektif. Siapa tahu, inspirasi dari kisah Marlow bisa membantu mereka dalam menghadapi tantangan sehari-hari di perusahaan masing-masing.

Untuk informasi lebih lanjut, baca artikel lengkapnya di The Economist.