Pada suatu sore di masa depan yang tidak terlalu jauh, halaman utama sebuah website bisnis kecil akan menampilkan kisah menarik: perjalanan sebuah kafe kampus yang semula akan terus merugi, lalu akan bertransformasi menjadi usaha yang rapi, sehat, dan siap berkembang. Nama kafe itu akan tetap sama: Kafe Senja. Namun cara mengelolanya akan berubah total, terutama karena pemiliknya akan belajar tentang fungsi pengendalian manajemen.
Artikel ini akan mengajak pembaca mengikuti perjalanan ke depan: apa saja yang akan dilakukan Kafe Senja, standar apa saja yang akan disusun, dan bagaimana konsep-konsep seperti indikator kinerja, rasio keuangan, TQM, Kaizen, JIT, ABC, dan Balanced Scorecard akan masuk pelan-pelan ke dalam praktik sehari-hari. Semua akan diceritakan dalam bentuk “akan”, karena ini adalah gambaran masa depan yang akan direncanakan dan dikendalikan.
1. Kafe yang Akan Terus Ramai… Kalau Tidak Diubah
Di awal cerita ini, Kafe Senja akan tetap terlihat ramai. Mahasiswa akan terus datang, memesan kopi susu gula aren, roti bakar, dan mie instan premium. Musik akustik akan mengalun, foto-foto aesthetic akan memenuhi Instagram. Dari luar, Kafe Senja akan tampak seperti bisnis yang akan sukses.
Namun, di balik suasana ramai itu, saldo rekening akan terus menipis. Pemilik kafe, yang akan bernama Rani, akan sering membuka aplikasi m-banking dan akan mengernyit: “Lho, kok tinggal segini?” Ia akan berpikir bahwa mungkin ini hanya karena biaya awal, dan nanti akan membaik dengan sendirinya. Tapi kalau tidak ada perubahan, kondisi itu akan bertahan sampai satu, dua, bahkan tiga tahun ke depan.
Pada titik inilah, Rani akan menyadari bahwa perencanaan tanpa pengendalian hanya akan menjadikan rencana sebagai tulisan di kertas. Kafe Senja akan butuh sesuatu yang lebih dari sekadar ramai: ia akan butuh sistem pengendalian.
2. Pemilik Akan Belajar: Apa Itu Pengendalian?
Di masa depan yang dekat, Rani akan ikut sebuah webinar singkat tentang manajemen bisnis kecil. Di sana, fasilitator akan menjelaskan:
“Pengendalian manajemen adalah proses yang akan membandingkan kinerja aktual dengan standar yang akan ditetapkan, lalu akan mengambil tindakan korektif bila ada penyimpangan.”
Rani akan mulai menyadari beberapa hal. Ia akan mengerti bahwa:
- Kafe Senja akan perlu standar: target penjualan, batas biaya, standar stok, standar jam kerja.
- Kafe Senja akan perlu data aktual: penjualan harian, biaya harian, catatan stok.
- Kafe Senja akan perlu pembandingan: apakah realisasi akan sesuai dengan standar atau tidak.
- Dan yang paling penting, Kafe Senja akan perlu tindakan korektif: perbaikan yang akan dilakukan ketika angka-angka tidak sesuai harapan.
Tanpa empat hal itu, Kafe Senja akan terus berjalan dengan prinsip “yang penting kelihatan ramai”, padahal secara keuangan akan perlahan-lahan turun.
3. Kafe Senja Akan Menyusun Standar Pertama
Setelah webinar, Rani akan duduk di meja kasir pada malam hari, membuka laptop, dan mulai menulis. Ia akan membuat file baru bernama: “Standar Pengendalian Kafe Senja – Draft”. Di dalamnya, ia akan mulai menentukan hal-hal berikut:
- Standar penjualan
- Penjualan harian akan ditargetkan minimal Rp1.500.000 per hari di hari kerja, dan Rp2.000.000 di akhir pekan.
- Target bulanan akan ditetapkan, misalnya Rp45.000.000.
- Standar biaya operasional
- Biaya bahan baku akan dijaga agar tidak akan melebihi 40–45% dari penjualan.
- Biaya listrik, internet, dan sewa akan dicatat dan akan dibuat batas maksimum bulanan.
- Standar stok
- Bahan baku utama, seperti kopi, susu, dan roti, akan memiliki batas stok minimum dan stok maksimum.
- Rani tidak akan lagi membeli “sekalian banyak biar aman”, tetapi akan membeli sesuai perhitungan.
- Standar jam kerja dan lembur
- Jadwal shift karyawan akan diatur jelas.
- Lembur akan dicatat dan akan dimonitor, bukan lagi “ya sudah, lembur saja”.
Semua standar ini akan menjadi dasar pengendalian. Di masa depan, angka-angka yang akan muncul di catatan kas, di catatan stok, dan di slip gaji karyawan akan selalu dibandingkan dengan standar-standar ini.
4. Data Akan Mulai Dikumpulkan, Bukan Ditebak
Langkah berikutnya, Rani akan berhenti mengandalkan “kira-kira”. Ia akan mulai menggunakan aplikasi sederhana—mungkin aplikasi kasir digital, atau sekadar spreadsheet yang akan dirancang dengan rapi. Setiap hari:
- Penjualan akan dicatat per transaksi: menu apa, jumlah, dan total harga.
- Pengeluaran akan dicatat: pembelian bahan baku, pembayaran listrik, gaji karyawan.
- Stok akan diperbarui: berapa bungkus kopi habis, berapa liter susu terpakai.
Data ini akan menjadi kinerja aktual yang akan sangat penting. Tanpa data, standar tidak akan bisa dibandingkan dengan apa pun. Dengan data, Rani akan bisa menjawab pertanyaan yang selama ini hanya akan dijawab dengan perasaan:
- Hari apa yang akan paling ramai?
- Menu apa yang akan paling laku?
- Biaya mana yang akan paling besar dan akan paling mungkin dihemat?
5. Pengendalian Akan Mulai Berjalan
Setelah beberapa minggu, Rani akan punya data cukup. Ia akan mulai membandingkan:
- Target penjualan per hari vs penjualan nyata per hari.
- Batas biaya bahan baku vs pengeluaran bahan baku aktual.
- Standar stok vs stok real di gudang.
Dari pembandingan ini, ia akan menemukan misalnya:
- Ada beberapa hari penjualan akan jauh di bawah target, terutama di awal minggu.
- Biaya bahan baku akan beberapa kali tembus di atas 50% penjualan, artinya margin laba akan tipis.
- Stok susu akan sering kedaluwarsa karena pembelian terlalu banyak.
Di titik ini, tindakan korektif akan muncul. Misalnya:
- Promosi khusus akan dilakukan di hari-hari sepi, seperti Senin dan Selasa.
- Menu dengan margin terlalu tipis akan dikaji: harga akan dinaikkan sedikit, atau bahan akan diganti.
- Pola pembelian susu akan diubah, sehingga stok akan lebih sesuai dengan penjualan rata-rata.
Inilah saat di mana fungsi pengendalian akan benar-benar hidup di Kafe Senja.
6. Indikator Kinerja dan Rasio Keuangan Akan Diperkenalkan
Seiring waktu, Rani tidak hanya akan melihat angka mentah. Ia akan mulai memakai indikator kinerja yang akan lebih mudah dibaca, misalnya:
- Average Daily Sales – rata-rata penjualan per hari.
- Profit Margin – laba bersih dibagi penjualan.
- Current Ratio – aset lancar dibanding utang lancar (kalau nanti Kafe Senja akan mulai menggunakan utang).
Ia akan menghitung, misalnya:
- Penjualan bulanan akan Rp45.000.000, laba bersih setelah biaya akan Rp7.500.000 → profit margin akan 16,7%.
- Biaya bahan baku akan Rp19.000.000 → sekitar 42% dari penjualan, masih dalam batas yang akan ditetapkan.
Dengan rasio ini, ia akan bisa melihat apakah Kafe Senja akan benar-benar sehat secara keuangan, atau hanya akan terlihat ramai dari luar. Indikator ini juga akan menjadi bahan diskusi menarik jika kisah ini akan digunakan sebagai studi kasus di kelas manajemen. Mahasiswa akan diminta menganalisis: bagaimana tren margin Kafe Senja? Biaya apa yang akan perlu ditekan?
7. Pendekatan Manajemen Modern Akan Ikut Masuk Pelan-Pelan
Tidak berhenti di angka, Kafe Senja juga akan mulai menyentuh konsep manajemen kontemporer. Rani, yang akan semakin tertarik belajar, akan mengenal istilah-istilah berikut:
- TQM (Total Quality Management)
Kafe Senja akan membangun budaya mutu: kualitas rasa minuman, keramahan pelayanan, kebersihan meja, semua akan punya standar dan akan diawasi. - Kaizen
Setiap minggu, Rani akan mengajak karyawannya berdiskusi singkat:
“Perbaikan kecil apa yang akan bisa kita lakukan minggu ini?”
Mungkin mereka akan menata ulang alur kerja barista, atau akan membuat SOP sederhana untuk plating. - JIT (Just In Time)
Untuk bahan tertentu, seperti roti dan sayuran, Kafe Senja akan mengupayakan pengiriman dengan pola “tepat waktu” agar tidak akan ada banyak stok basi. Tentu, Kafe Senja akan tetap mempertimbangkan risiko keterlambatan supplier. - Activity-Based Costing (ABC)
Pada tahap berikut, Rani akan mulai memetakan biaya per aktivitas: biaya untuk memproses satu pesanan dine-in, pesanan take-away, dan pesanan ojek online. Dari sini, ia akan melihat aktivitas mana yang akan paling menguras waktu dan biaya. - Balanced Scorecard (BSC)
Ketika Kafe Senja akan semakin matang, ia tidak akan hanya menilai diri dari sisi keuangan. Ia akan menyusun indikator dari empat perspektif: keuangan, pelanggan, proses internal, serta pembelajaran & pertumbuhan (misalnya kepuasan karyawan).
Semua konsep ini akan pelan-pelan diadaptasi. Tidak semuanya akan muncul sekaligus, tetapi seiring waktu, Kafe Senja akan menjadi contoh kecil bagaimana teori manajemen modern akan bisa diterapkan dalam bisnis sehari-hari.
8. Kasus Kafe Senja Akan Dibawa ke Kelas
Di sisi lain layar, di sebuah kelas manajemen bisnis di kampus, seorang dosen akan membuka website yang berisi cerita lengkap Kafe Senja ini. Ia akan berkata kepada mahasiswa:
“Hari ini, kalian akan menganalisis masa depan Kafe Senja. Kalian akan melihat bagaimana standar pengendalian akan disusun, bagaimana indikator akan dibaca, dan bagaimana tindakan korektif akan diambil.”
Mahasiswa akan dibagi ke dalam beberapa kelompok. Mereka akan diminta:
- Menentukan standar apa saja yang akan paling penting bagi Kafe Senja (penjualan, biaya, stok, waktu pelayanan).
- Mengusulkan indikator yang akan bisa dipakai untuk mengukur keberhasilan.
- Merancang rekomendasi perbaikan jika suatu saat margin laba akan turun atau komplain pelanggan akan naik.
Dengan cara itu, cerita Kafe Senja tidak hanya akan menjadi fiksi bisnis, tetapi akan menjadi alat pembelajaran. Mahasiswa akan belajar, bukan sekadar menghafal definisi, tetapi akan memproyeksikan apa yang akan terjadi jika suatu bisnis kecil benar-benar menerapkan pengendalian manajemen.
9. Rani Akan Menyadari: Pengendalian Bukan Hanya Angka
Seiring berjalannya waktu, Rani akan menyadari sesuatu yang penting: pengendalian bukan hanya soal angka dan tabel. Pengendalian juga akan menyentuh:
- Perilaku karyawan – bagaimana mereka akan mengikuti SOP, menjaga kualitas, dan melayani pelanggan.
- Budaya kerja – apakah tim akan terbuka terhadap evaluasi, atau akan defensif terhadap kritik.
- Komunikasi dengan pelanggan – apakah masukan pelanggan akan dianggap gangguan, atau kesempatan untuk memperbaiki diri.
Melalui pengendalian yang sehat, Kafe Senja akan membangun budaya: setiap masalah akan dianggap sebagai informasi, bukan sebagai bencana. Setiap penyimpangan akan memicu pertanyaan: “Apa yang akan bisa kita perbaiki?” bukan “Siapa yang akan harus disalahkan?”.
10. Masa Depan yang Akan Lebih Terkendali
Jika semua langkah ini akan dijalankan, beberapa tahun ke depan cerita di website ini akan ditutup dengan kabar baik:
- Kafe Senja akan tetap ramai, tetapi kali ini ramai yang terkendali.
- Laporan keuangan bulanan akan menunjukkan tren laba yang stabil dan sehat.
- Standar dan indikator akan terus diperbarui, mengikuti perkembangan bisnis.
- Kafe Senja akan siap membuka cabang kedua, atau akan mengembangkan lini produk baru.
Namun, yang terpenting, pemilik dan karyawannya akan sudah melewati satu proses belajar penting: mereka akan mengerti bahwa rencana tanpa pengendalian hanya akan menjadi mimpi. Dengan pengendalian yang tepat, mimpi akan diubah menjadi tindakan, dan tindakan akan membentuk masa depan.
Dan di saat yang sama, mahasiswa yang akan membaca kisah ini di website pembelajaran akan mengingat satu hal: teori pengendalian manajemen tidak akan berhenti di buku. Teori itu akan hidup, akan diwujudkan, dan akan terus disesuaikan di lapangan—di tempat-tempat kecil seperti Kafe Senja, dan di organisasi besar di seluruh dunia.
Pertemuan Jumat_10
| No | Nama | Nilai (Skala 100) |
| 1 | novia denisa kirana | 90 |
| 2 | Farel Ginawan | 90 |
| 3 | Iis Sulastri | 90 |
| 4 | Salsabila Nadhifa aqilah | 83 |
| 5 | Salsa Sabilah | 97 |
| 6 | widiawati | 87 |
| 7 | Amalia Zahra Bayina* | 90 |
| 8 | Rendika Wibowo | 83 |
| 9 | Panduputra anbiyaa | 80 |
| 10 | Vanya Maylia | 83 |
| 11 | Tri Nur Khasanah | 87 |
| 12 | Eka Lestari_64250326_1A | 83 |
| 13 | Anggraini Dyah S | 87 |
| 14 | Helga Anggraini | 80 |
| 15 | Reyina Admala | 83 |
| 16 | Indra Arfa Derango Tarigan | 80 |
| 17 | Elsa Azmania fadliyanti zamhur | 83 |
| 18 | zalffa alaya putri | 80 |
| 19 | Grady Oswaldo | 87 |
| 20 | Leonel denga | 83 |
| 21 | jihan nabiilah nur ainii 64250265 | 83 |
| 22 | Ayu Rahma Widyaningsih | 83 |
| 23 | Rahmah aliyah salafi | 83 |
| 24 | Nabila Putri Anggraeni_64251363 | 83 |
| 25 | Adella putri yuniar | 83 |
| 26 | Dista Faradilla | 90 |
| 27 | yeyen wwulan sari | 80 |
| 28 | fachrico diaz mahardika | 80 |
| 29 | Miftachul Banyu Aji (64250476) | 83 |
| 30 | mattheuw josiah | 87 |
| 31 | Annisa Ayu R 64250542 | 90 |
| 32 | Nur Fathiah Al Hasna | 87 |
| 33 | raysha yasmin | 83 |
| 34 | Andini Devita | 87 |
| 35 | liana safitri | 87 |
| 36 | Moh Yusup Wijaya | 83 |
| 37 | muhammad nawawi21 | 70 |
| 38 | Seva Nur Alifah | 90 |
| 39 | Nayla Khairunnisa | 90 |
| 40 | syakila artika utami | 90 |
| 41 | A Faiz Apriansyah Putra | 87 |
| 42 | Moch Lukman NulHakim | 80 |
| 43 | Nurulita Khusnul Khotimah | 90 |
| 44 | Nayla Chintia sahara | 80 |
| 45 | Nazwa Zahira Jhofa | 87 |
| 46 | Imey christ | 83 |
| 47 | PUTRI ADINDA | 77 |
| 48 | vika adellia putri 64250256 | 83 |
| 49 | Mico Rafael 64.1A.05 | 80 |
| 50 | Alysa Azwa Aprilia | 80 |
| 51 | muhammad khalish akbar widiyanto | 77 |
| 52 | Vellya Z | 80 |
| 53 | Ardyansyah | 83 |
| 54 | Kharoline Zahra | 87 |
| 55 | Kevin Aditya Pratama | 60 |
| 56 | Hawa lia putri | 87 |
| 57 | Fauzan Ally | 83 |
| 58 | Kaila Anastasia | 80 |
| 59 | zahra ayu widyaningsih | 90 |
| 60 | Amelia Permata | 90 |
| 61 | Zian Marhamah | 83 |
| 62 | abdulazis_ 64251023 | 73 |
| 63 | Nadya Febia Nazwa | 90 |
| 64 | Andini Nurahma Sekar Arum | 87 |
| 65 | Dini Amelia 64251340 | 80 |
| 66 | Adelia | 83 |
| 67 | Muhammad Farhan | 83 |
| 68 | wahyu caesarwati | 77 |
| 69 | Widhea Putri | 80 |
| 70 | shandy hero tama | 90 |
| 71 | Rafi Maulana | 83 |
| 72 | Salwa Salsabila | 83 |
| 73 | adrian omar parani | 73 |
| 74 | kresna fadhilah | 67 |
| 75 | Luna Naya Salsabila | 87 |
| 76 | Anne Stevania | 80 |
| 77 | Abraham Prastomo Wibisono | 83 |
| 78 | Celly Dwi Zakira | 83 |
| 79 | ayusnaeni rahmasari | 87 |
| 80 | 64251199Randy Alfantino | 83 |
| 81 | 64251135 – Anggia Sri Utami | 67 |
| 82 | vika rahmadani | 87 |
| 83 | Lely Nasha Laura Putri | 83 |
| 84 | Sekar Raini | 87 |
| 85 | 64251491_Chelsea Astia Janah | 83 |
| 86 | Agnesia Febriani | 87 |
| 87 | Debby Aulia Binov | 83 |
| 88 | Muhamad rifaih | 70 |
| 89 | Rahel Enjelina | 80 |
| 90 | Salsabila Hoirunisa | 80 |
| 91 | ENGGAL MSR | 83 |
| 92 | AthayaRm | 80 |
| 93 | Fildzah Nur Shabrina | 77 |
| 94 | Allisha Nurhidayah 64250369 | 80 |
| 95 | Amalia jihan ramadhina | 57 |
| 96 | Ferrina Eka Bunga P | 80 |
| 97 | MOHAMAD AZKA HANAN BINTANG | 70 |
| 98 | 64251157_Kafka Refani | 80 |
| 99 | selvi | 83 |
| 100 | Rizka Chaerunissa | 83 |
| 101 | Syafa Azizah | 80 |
| 102 | Greacela Apriyani | 80 |
| 103 | Sarah Aprilia | 77 |
| 104 | melati huriyah | 77 |
| 105 | jessica fitri aulya | 77 |
| 106 | Naufa Butsainah | 77 |
| 107 | Syawaluddin Fariz Nugraha | 67 |
| 108 | Adam M. F | 63 |
| 109 | Naesa Kayla Ismail | 70 |
| 110 | Reva Simbolon | 70 |
| 111 | alya fajriatunnisa | 57 |
| 112 | Sandhy prastiyo aji | 70 |
| 113 | RAHMAH ALIYAH SALAFI | 30 |
| 114 | Amalia Zahra Bayina | 0 |