
Perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah cara organisasi publik maupun privat dalam menjalankan fungsinya. Di sektor kesehatan, akses internet berkecepatan tinggi menjadi faktor penentu keberhasilan digitalisasi layanan. Kasus penerapan Starlink di Indonesia, khususnya di Puskesmas dan pos kesehatan, menjadi fenomena menarik untuk dianalisis dalam perspektif organisasi dan manajemen.
Pada Mei 2024, Kementerian Kesehatan RI meluncurkan layanan internet berbasis satelit Starlink di Puskesmas di Bali dan Kepulauan Aru. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas input data kesehatan—seperti stunting, malnutrisi, dan laporan penyakit menular—secara real time. Namun, pada Juli 2025, Starlink menghentikan sementara pendaftaran pengguna baru di Indonesia. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran: bagaimana keberlanjutan program digitalisasi kesehatan ketika infrastruktur bergantung pada penyedia satelit asing?
Kasus ini dapat dipahami melalui empat aspek: (1) ciri organisasi, (2) efisiensi dan efektivitas, (3) manajemen sebagai ilmu dan seni, serta (4) fungsi manajemen P-O-L-C.
1. Ciri Organisasi dalam Layanan Digital Puskesmas
Menurut konsep dasar, organisasi memiliki empat ciri utama: tujuan, kumpulan orang, struktur, serta sistem dan prosedur.
- Tujuan.
Tujuan dari digitalisasi Puskesmas berbasis Starlink adalah mempercepat pengumpulan data kesehatan, memastikan transparansi informasi, dan meningkatkan kualitas pelayanan dasar, terutama di daerah terpencil. Pemerintah ingin mewujudkan pelayanan kesehatan yang inklusif, merata, dan responsif. - Kumpulan Orang.
Program ini melibatkan banyak pihak: tenaga kesehatan di Puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/kota, Kementerian Kesehatan, penyedia teknologi (Starlink), hingga masyarakat sebagai penerima layanan. Setiap aktor memiliki peran: tenaga medis sebagai penginput data, pemerintah sebagai regulator dan penyedia anggaran, serta penyedia satelit sebagai operator jaringan. - Struktur.
Struktur organisasi dalam program ini bersifat multi-level. Puskesmas berada di level operasional, Dinas Kesehatan di level koordinasi, dan Kementerian Kesehatan di level strategis. Starlink sendiri berperan sebagai mitra penyedia infrastruktur. Struktur ini memperlihatkan kompleksitas hubungan antara entitas lokal (Puskesmas), nasional (Kemenkes), dan global (Starlink). - Sistem dan Prosedur.
Data kesehatan harus dicatat dan dilaporkan secara elektronik melalui aplikasi resmi, kemudian dikirimkan ke sistem pusat. Dengan adanya Starlink, prosedur pengiriman data lebih cepat. Namun, regulasi Indonesia juga mengharuskan adanya kontrol terhadap penyedia asing, agar data kesehatan tidak rentan terhadap kebocoran atau manipulasi.
2. Efisiensi dan Efektivitas Layanan
Dalam manajemen, efisiensi berarti penggunaan sumber daya minimal untuk output tertentu, sementara efektivitas berarti ketercapaian tujuan.
- Efisiensi.
Dengan Starlink, tenaga kesehatan di Puskesmas tidak perlu lagi menunggu berhari-hari untuk mengirim data ke pusat. Akses satelit memungkinkan laporan stunting dan gizi buruk dikirim real-time, sehingga menghemat waktu dan biaya transportasi dokumen. Misalnya, Puskesmas di daerah kepulauan yang sebelumnya membutuhkan perjalanan laut untuk mengirim laporan kini bisa mengunggah data dalam hitungan menit. - Efektivitas.
Efektivitas diukur dari sejauh mana tujuan peningkatan kualitas layanan tercapai. Dalam konteks ini, efektivitas terlihat dari meningkatnya akurasi dan kecepatan data, yang pada gilirannya membantu pemerintah merumuskan kebijakan gizi dan kesehatan dengan lebih cepat. Jika data real-time dapat digunakan untuk intervensi gizi balita di daerah rawan, maka tujuan program tercapai.
Namun, efektivitas menghadapi tantangan ketika Starlink menghentikan pendaftaran baru pada 2025. Jika tidak ada strategi alternatif, tujuan besar digitalisasi kesehatan bisa terganggu.
3. Manajemen sebagai Ilmu dan Seni
Materi kuliah menyebutkan bahwa manajemen adalah ilmu sekaligus seni.
- Sebagai Ilmu.
Digitalisasi kesehatan menggunakan pendekatan ilmiah berbasis data. Dengan internet berkecepatan tinggi, data stunting, status gizi, dan penyakit menular dapat dianalisis menggunakan metode statistik. Pemerintah bisa membuat kebijakan berbasis evidence (evidence-based policy). Proses ini mencerminkan manajemen sebagai ilmu karena menggunakan kaidah ilmiah. - Sebagai Seni.
Namun, mengelola hubungan dengan penyedia asing seperti Starlink membutuhkan seni kepemimpinan dan diplomasi. Manajer di Kementerian Kesehatan harus menegosiasikan kontrak, menjaga kepentingan nasional, serta menenangkan tenaga kesehatan dan masyarakat agar tetap percaya pada program. Seni juga terlihat dalam komunikasi publik, agar masyarakat tidak panik ketika ada perubahan kebijakan pemasok internet.
Dengan demikian, kasus Starlink memperlihatkan bahwa keberhasilan program digitalisasi kesehatan tidak hanya ditentukan oleh data dan teknologi, tetapi juga oleh kepemimpinan, empati, dan kemampuan membangun kepercayaan.
4. Penerapan Fungsi Manajemen (P-O-L-C)
Empat fungsi manajemen—Planning, Organizing, Leading, dan Controlling (POLC)—dapat digunakan untuk menganalisis kasus ini.
- Planning (Perencanaan).
Pemerintah merencanakan digitalisasi Puskesmas dengan target mempercepat input data kesehatan. Rencana mencakup penyediaan perangkat, instalasi antena Starlink, serta pelatihan tenaga kesehatan. Perencanaan juga harus memasukkan mitigasi risiko jika Starlink menghentikan layanan, misalnya dengan mempersiapkan provider alternatif. - Organizing (Pengorganisasian).
Pengorganisasian terlihat dari pembagian peran:- Puskesmas bertugas menginput data.
- Dinas Kesehatan mengkoordinasi pengiriman data.
- Kemenkes menjadi pengawas dan penyusun kebijakan.
- Starlink menyediakan infrastruktur teknis.
Semua pihak harus dikoordinasikan dalam sistem yang jelas.
- Leading (Kepemimpinan).
Kepemimpinan diperlukan untuk memotivasi tenaga kesehatan agar mau beradaptasi dengan sistem digital. Banyak tenaga medis yang awalnya kesulitan menggunakan aplikasi. Kepemimpinan visioner dapat mendorong mereka melihat manfaat jangka panjang. Selain itu, kepemimpinan politik diperlukan untuk menjaga hubungan dengan pihak swasta asing tanpa mengorbankan kedaulatan data. - Controlling (Pengendalian).
Pengendalian dilakukan dengan menetapkan standar kualitas data, mengukur kecepatan pengiriman, serta memastikan keamanan data. Evaluasi rutin harus dilakukan untuk menilai apakah target (misalnya 95% Puskesmas di daerah 3T terhubung internet) sudah tercapai. Jika tidak, perlu ada perbaikan kebijakan.
5. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi menyatakan bahwa tidak ada strategi universal yang bisa digunakan semua organisasi. Dalam kasus ini, pemerintah harus fleksibel:
- Jika Starlink tidak bisa menambah pengguna, maka strategi harus beralih ke penyedia alternatif (Telkomsat, BAKTI Kominfo, atau operator lokal).
- Jika biaya terlalu tinggi, maka perlu kombinasi teknologi (VSAT lokal + fiber optik).
- Jika keamanan data dipertanyakan, maka harus dibuat regulasi yang ketat tentang lokasi server dan penggunaan data kesehatan.
Pendekatan kontingensi memastikan bahwa kebijakan tidak kaku, tetapi adaptif terhadap situasi eksternal.
6. Implikasi
Kasus ini memberikan peluang pembelajaran berbasis proyek. Tugas adalah :
- Menganalisis ciri organisasi (tujuan, orang, struktur, sistem) dalam program digitalisasi Puskesmas.
- Membedakan efisiensi vs efektivitas dalam penggunaan Starlink.
- Menguraikan manajemen sebagai ilmu dan seni dalam konteks kebijakan kesehatan digital.
- Menerapkan fungsi P-O-L-C untuk merancang strategi keberlanjutan program jika penyedia satelit asing menghentikan layanan.
Penutup
Studi kasus Starlink dan digitalisasi Puskesmas di Indonesia menunjukkan bagaimana teori organisasi dan manajemen dapat digunakan untuk memahami fenomena nyata. Ciri organisasi, efisiensi–efektivitas, manajemen sebagai ilmu dan seni, serta fungsi P-O-L-C semuanya dapat ditelusuri dalam konteks ini. Lebih dari itu, kasus ini menegaskan pentingnya pendekatan kontingensi: kebijakan dan manajemen harus selalu adaptif terhadap dinamika eksternal.
Matriks Penilaian PBL – Studi Kasus 3
Topik: Strategi Keberlanjutan Digitalisasi Puskesmas dengan Starlink
POIN | Aktivitas Mahasiswa (PBL) | Bentuk Penilaian | Instrumen Penilaian | Bobot (%) |
---|---|---|---|---|
1: Menjelaskan ciri organisasi (tujuan, orang, struktur, sistem) | Menguraikan tujuan digitalisasi, aktor terlibat (Puskesmas, Kemenkes, Starlink), struktur pelaksana, dan SOP. | Rubrik: kelengkapan identifikasi ciri organisasi, relevansi contoh, ketepatan analisis. | 20 | |
2: Membedakan efisiensi vs efektivitas | Membandingkan efisiensi (hemat waktu & biaya) dan efektivitas (capaian data real-time, intervensi kesehatan). | Rubrik: kejelasan indikator, contoh nyata, ketajaman analisis. | 20 | |
3: Menjelaskan manajemen sebagai ilmu (data) dan seni (kepemimpinan) | Menjelaskan penggunaan big data (ilmu) dan kepemimpinan/diplomasi Kemenkes (seni). | Rubrik: koherensi, argumen berbasis teori & kasus nyata, gaya penyampaian. | 20 | |
4: Menerapkan fungsi P-O-L-C | Membuat peta perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan kontrol mitigasi risiko layanan Starlink. | Rubrik: kelengkapan P-O-L-C, kualitas visualisasi alur (jelas, komunikatif), kesesuaian solusi. | 25 | |
5 :Soft Skills (Generic OBE) | Kolaborasi tim, ketepatan waktu, kontribusi aktif diskusi. | Rubrik: partisipasi, komunikasi, kepemimpinan, tanggung jawab. | 15 |
Instruksi Pengisian (Kolom Komentar Website)
- Tulis nama depan saja.
- Jawaban singkat (1–2 kalimat) untuk tiap poin:
- 1: 1 ciri organisasi + contoh kasus.
- 2: 1 indikator efisiensi/efektivitas.
- 3: Ilmu + seni dalam kasus.
- 4: 1 fungsi P-O-L-C + contoh.
- 5 Soft Skills: 1 kontribusi pribadi.
- Jawaban sama persis = nilai 0.
Contoh Jawaban
Nama: Anwar
- Poin 1:
- Poin 2: .
- Poin 3:
- Poin 4:
- Poin 5 Soft Skills:
Result | |||
No | Nama | Performa | Nilai |
1 | Margareta Veronika Simalango | 22530 | 93 |
2 | Jensen | 20440 | 90 |
3 | Ngisomudin | 18460 | 70 |
4 | Nadia Safira | 17100 | 77 |
5 | Faaruq Khodafi | 16860 | 73 |
6 | Jeanny Olivia | 16800 | 80 |
7 | Rico Damara | 16680 | 77 |
8 | Muhammad Rahman Hidayat | 15960 | 73 |
9 | Yosua Natanael P. Simbolon | 15930 | 73 |
10 | Azahra Nanda Aulia | 15780 | 77 |
11 | Yusuf Apriliano P.S | 14610 | 63 |
12 | Alsyafhan Dani Ramadhan | 14460 | 60 |
13 | Nayla Tsabitha | 14440 | 63 |
14 | Fani Anggraini S. Aningsih | 14110 | 63 |
15 | Andinna Deswita | 14090 | 63 |
16 | Vitaa | 14040 | 57 |
17 | Intan Nuraeni | 13720 | 53 |
18 | Fauziah NM | 12980 | 47 |
19 | Nabilla Marsya | 12820 | 57 |
20 | Najwa Aulia | 12690 | 50 |
21 | Syabrina Raisya Kumala Dewa | 12110 | 57 |
22 | Rajib Muhammad Latif | 11820 | 53 |
23 | Muhammad Okan Khadafi | 11440 | 53 |
24 | Elga Arum Anjani | 11420 | 50 |
25 | Asyila Naila Alifah | 11050 | 47 |
26 | Cut Desi | 10990 | 50 |
27 | Nabila Salsabila | 10920 | 53 |
28 | Farhan Hidayat | 9860 | 47 |
29 | Khaliza Fathia Achmad | 9350 | 43 |
30 | Sahla Nabil | 8990 | 40 |
31 | Saskia Putri | 8480 | 37 |
32 | Marshanda | 8420 | 40 |
33 | Muhammad Ridho Naufal | 7330 | 30 |
34 | Muamar Nabil DS | 6920 | 27 |

Rabu pagi
Rabu Siang | |
Nama | Nilai |
Darren Abellino | 100 |
dafa dwi radja | 93 |
Shinta Nuraini Assura | 93 |
Alifa Windu Cahyani | 87 |
Shafaranti Cahya* | 77 |
fiola amanda zena | 80 |
pinkan permata surgani | 90 |
Rizka Amelia* | 80 |
Muhamad zacky mirza abdilah | 77 |
M. Khoif Billah | 80 |
Dwi Aryadikaa | 73 |
Auliya Diyah Sekararum | 67 |
Yoga Pangestu* | 80 |
Intan Nurul Aini | 77 |
Reifan Noval Fadillah | 77 |
Louisa Sukma Sandriyan | 73 |
MUHAMMAD DAFARIDZA | 67 |
Chanda Wardana | 63 |
Syifa Adelia Mandasari | 70 |
Muhammad Ariq Fattah Wijaya | 67 |
Asila Kirani Z | 63 |
Clift Duchesnaye Yorisman | 70 |
Chairani Syarif | 67 |
Rachel Elisabeth herwanto | 70 |
Defa Sandi Sanjaya | 63 |
Nazwa Amelia | 60 |
Muhammad Rusdiawan | 67 |
Aisyah | 67 |
rizky firdaus ramadhan | 67 |
Karina Vega Azahra* | 60 |
dzakwan rendrahadi | 57 |
Salsabil Haura Sabrinna | 63 |
Shalma Fhaddillah Sunari | 67 |
Intan Nur Ainii | 63 |
saifa rahma Azzahra | 63 |
Ardhia Garini Pratiwi Alam | 53 |
Muhammad Kafka Diva haraki | 67 |
Aisyah nur hasanah* | 67 |
Deswita zahra | 63 |
Ilham Ramadhan | 57 |
Fernando Wijaya | 53 |
Natasya Zulaika Irrayya | 63 |
Steven christoper simamora | 60 |
Gilbert Marfris | 50 |
Widiah Asma Fadilah | 60 |
salwa azzahra.s | 57 |
Dwi Anggrayni | 57 |
Maulinda Savitri | 60 |
Annastasya | 60 |
Ratna Agustina | 63 |
DIMAS AJI TRIYANTO | 57 |
wanda ayu 1C | 57 |
Muhammad Raihan Putra Laksono | 60 |
Rashya Aldino | 53 |
Najwa Amalia | 43 |
aurellia putri herlambang | 50 |
dini cahaya indah putri | 57 |
Adela Putri | 57 |
Nayla Mozza Azahra | 57 |
Alifa R.A | 57 |
M Dicky Raihan | 57 |
Anita Inna Marsela | 57 |
Olyvia Ramadhani | 57 |
Putra ilham* | 47 |
Khalifah haidar tsaqib | 60 |
meitha sofiani faradila | 50 |
Jelita Wahyu Ningsih* | 53 |
Khoirunnisa Ramadhanti | 57 |
Devina Ayu Naysila | 53 |
Hafnan Fauzi* | 53 |
Andini Nnp | 50 |
daffa pribadi | 53 |
Vito | 47 |
sukkayinah | 53 |
zazkia eka pratiwi | 53 |
Zaenal Ahyar* | 53 |
Maria Aurelia Lima | 47 |
Lthfyh Wsltn | 50 |
Meika Kirana Sudirman* | 53 |
Dianwahyu Septiasari* | 53 |
Oktavia Rahmadani Arianto* | 57 |
Ahmad Sultan Dewantara | 53 |
Muhammad Habibi Fadilah | 47 |
Aisha Khumaira A* | 50 |
siriin ruwayda | 50 |
Reihan Adi Chandra | 50 |
Miko Rafael H | 53 |
Bunga Pratiwi | 53 |
yullia hasbita putri | 50 |
Najwa Saleha | 47 |
Raisah fauziah | 47 |
fitriyyatul.a | 47 |
Josua Simanjuntak* | 40 |
Prilly Hargeny | 43 |
Maya S.R Simanjuntak | 43 |
BRIGADE | 43 |
Keysia Ollivia F* | 50 |
Debby Ramadhani | 50 |
Ratu ananda fauziah | 40 |
Aditya Ananda | 50 |
Luthfiyah wasilatun | 47 |
Rivana.Safitri | 43 |
alya nakhwah khasibah | 47 |
Latifah Attazkiyyah* | 50 |
Nadjwa laura | 40 |
Muhamad Alfakhri | 47 |
Nabillah Nur Khadijah | 37 |
Viola Septiyanti Putri Suwanda | 37 |
madrid suci | 33 |
Muhamad Riansyah | 40 |
64251299-suci | 40 |
Muhammad Rizky Albiansyah Yusuf | 37 |
ANDRE MAULANA | 30 |
raditya chandrawinata | 30 |
Shila ramadhani | 30 |