Dalam era digital yang ditandai oleh disrupsi teknologi dan globalisasi pasar, organisasi bisnis dihadapkan pada tantangan untuk terus beradaptasi dengan perubahan. Salah satu kasus aktual yang menarik untuk dikaji adalah integrasi TikTok Shop dengan Tokopedia di Indonesia pada tahun 2025. Kasus ini bukan sekadar transaksi bisnis, melainkan mencerminkan dinamika organisasi, manajemen, regulasi, serta strategi adaptif dalam menghadapi tekanan persaingan dan perubahan perilaku konsumen. Dengan latar ini, integrasi TikTok–Tokopedia dapat dianalisis menggunakan konsep dasar organisasi, manajemen sebagai ilmu dan seni, efisiensi–efektivitas, serta fungsi P-O-L-C (Planning, Organizing, Leading, Controlling).
1. Ciri Organisasi dalam Integrasi TikTok–Tokopedia
Menurut kajian dasar, organisasi memiliki empat ciri utama: tujuan, kumpulan orang, struktur, dan sistem/prosedur. Keempat ciri ini dapat ditelusuri dalam konteks integrasi TikTok–Tokopedia.
- Tujuan.
Tujuan utama integrasi ini adalah menghidupkan kembali model social commerce di Indonesia setelah sebelumnya TikTok Shop sempat dihentikan sementara karena regulasi pemerintah pada 2023. TikTok ingin memanfaatkan basis pengguna besar (lebih dari 125 juta pengguna aktif bulanan di Indonesia) untuk mendorong transaksi e-commerce, sedangkan Tokopedia ingin memperkuat daya saingnya di pasar e-commerce nasional. Tujuan bersama ini jelas: meningkatkan pangsa pasar, mempercepat pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV), dan memperluas ekosistem UMKM digital. - Kumpulan Orang.
Organisasi gabungan ini melibatkan ribuan karyawan dari ByteDance (pemilik TikTok), Tokopedia, GoTo Group, hingga regulator KPPU. Selain itu, jutaan UMKM di Indonesia menjadi bagian penting dari ekosistem sebagai merchant. Dengan kata lain, organisasi ini bukan sekadar perusahaan, tetapi ekosistem multi-aktor yang saling terhubung. - Struktur.
Setelah akuisisi, struktur organisasi berubah signifikan. TikTok mengambil alih 75,01% saham Tokopedia, sehingga kendali strategis berada pada entitas baru ini. Namun, untuk menjaga kepercayaan pasar dan mematuhi regulasi, Tokopedia tetap menjadi entitas legal Indonesia dengan GoTo sebagai pemegang saham minoritas. Struktur organisasi ini merefleksikan integrasi multinasional–lokal, yang harus menyeimbangkan kepentingan global dan nasional. - Sistem dan Prosedur.
KPPU menetapkan syarat khusus agar integrasi ini tidak mencederai persaingan. Salah satunya adalah sistem pembayaran dan logistik harus tetap terbuka bagi pemain lain, serta dilarang melakukan praktik predatory pricing. Dengan demikian, SOP operasional TikTok–Tokopedia kini harus berlandaskan kepatuhan regulasi, bukan sekadar efisiensi internal.
2. Efisiensi dan Efektivitas dalam Operasi Pasca-Integrasi
Efisiensi diartikan sebagai kemampuan organisasi menggunakan sumber daya dengan optimal dan minim pemborosan, sedangkan efektivitas menekankan ketercapaian tujuan.
- Efisiensi.
Integrasi memungkinkan efisiensi biaya melalui sinergi logistik, penggabungan sistem pembayaran, dan optimalisasi promosi lintas platform. TikTok dapat mengurangi biaya akuisisi pengguna karena pengguna TikTok langsung diarahkan ke Tokopedia. Di sisi merchant, biaya pemasaran bisa ditekan karena konten video juga berfungsi sebagai sarana promosi produk. - Efektivitas.
Tujuan strategis adalah memastikan partisipasi UMKM meningkat serta konsumen kembali percaya pada social commerce. Efektivitas dapat dilihat dari peningkatan GMV, jumlah UMKM yang onboard, dan kepatuhan terhadap regulasi KPPU. Jika integrasi ini mampu memperkuat daya saing nasional dan melindungi UMKM dari praktik predatory pricing, maka integrasi ini dapat dikatakan efektif.
Kasus GoTo yang baru saja mencapai profitabilitas tahunan pertama di 2024 memberikan pembelajaran penting: efisiensi (pengendalian biaya) dan efektivitas (pertumbuhan ekosistem pengguna) harus berjalan beriringan. TikTok–Tokopedia juga dihadapkan pada dilema yang sama.
3. Manajemen sebagai Ilmu dan Seni
Materi kuliah menegaskan bahwa manajemen adalah ilmu sekaligus seni.
- Sebagai Ilmu.
TikTok–Tokopedia mengandalkan data besar (big data analytics) untuk memahami perilaku konsumen, menentukan strategi harga, dan mengoptimalkan algoritma rekomendasi. Keputusan berbasis data ini mencerminkan manajemen sebagai ilmu, karena mengikuti kaidah analisis ilmiah. - Sebagai Seni.
Namun, keberhasilan integrasi tidak hanya soal data. Diperlukan kemampuan judgement, diplomasi, dan kepemimpinan manajer dalam merespons sentimen publik, menjaga hubungan dengan regulator, dan memotivasi merchant agar tetap loyal. Seni dalam manajemen terlihat saat manajer harus memilih strategi komunikasi yang tepat untuk meredam kritik publik terkait dugaan monopoli.
Dengan kata lain, integrasi ini menjadi contoh nyata bahwa manajemen yang sukses membutuhkan kombinasi ilmu (analisis kuantitatif, model bisnis, regulasi) dan seni (kepemimpinan, intuisi, komunikasi).
4. Penerapan Fungsi Manajemen (P-O-L-C)
Dalam perspektif George Terry, manajemen mencakup empat fungsi utama: Planning, Organizing, Leading, dan Controlling. Pada kasus TikTok–Tokopedia, keempat fungsi ini sangat jelas terlihat:
- Planning (Perencanaan).
- Menetapkan target GMV pasca integrasi.
- Menyusun rencana kepatuhan regulasi agar tidak melanggar syarat KPPU.
- Membuat strategi promosi yang ramah UMKM, bukan hanya brand besar.
- Organizing (Pengorganisasian).
- Menyusun ulang struktur organisasi gabungan TikTok–Tokopedia.
- Membentuk tim khusus untuk integrasi sistem pembayaran dan logistik.
- Mengalokasikan tanggung jawab ke tim regulasi, komunikasi, dan teknologi.
- Leading (Kepemimpinan).
- Mendorong semangat kolaborasi lintas budaya antara tim ByteDance (China), Tokopedia (Indonesia), dan GoTo.
- Memberi motivasi kepada merchant UMKM untuk tetap berjualan di platform meskipun ada perubahan sistem.
- Menjadi role model dalam kepatuhan hukum dan etika bisnis.
- Controlling (Pengendalian).
- Mengukur kepatuhan pada syarat KPPU (misalnya audit harga dan sistem distribusi).
- Mengevaluasi hasil promosi apakah benar meningkatkan partisipasi UMKM.
- Menggunakan Key Performance Indicators (KPI) untuk memantau GMV, biaya logistik, dan tingkat kepuasan merchant.
5. Tantangan Lingkungan dan Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi dalam manajemen menyatakan bahwa tidak ada satu resep yang berlaku universal. TikTok–Tokopedia harus menyesuaikan strategi dengan situasi spesifik, seperti:
- Regulasi. KPPU membatasi ruang gerak mereka agar tidak merugikan pesaing dan konsumen.
- Persaingan. Shopee dan Lazada tetap menjadi pemain besar yang agresif dalam promosi.
- Sosial-ekonomi. UMKM menjadi tulang punggung ekonomi digital, sehingga strategi harus berpihak pada mereka.
Implikasi untuk Mahasiswa (Project Based Learning)
Dari studi kasus ini, diharapkan :
- Mengidentifikasi ciri organisasi (tujuan, struktur, sistem) dalam konteks nyata.
- Membedakan efisiensi vs efektivitas dalam strategi integrasi bisnis.
- Menyeimbangkan ilmu dan seni manajemen dalam pengambilan keputusan.
- Menerapkan P-O-L-C pada kasus nyata integrasi bisnis global-lokal.
Matriks Penilaian PBL – Studi Kasus Integrasi TikTok–Tokopedia
| POIN PENILAIAN | Aktivitas Mahasiswa (PBL) | Bentuk Penilaian | Instrumen Penilaian | Bobot (%) |
|---|---|---|---|---|
| 1 Menjelaskan pengertian organisasi dan ciri-cirinya (tujuan, orang, struktur, SOP) | Menganalisis ciri organisasi dalam integrasi TikTok–Tokopedia (tujuan bisnis, struktur kepemilikan, sistem regulasi). | Rubrik analisis ciri organisasi (kelengkapan, ketepatan, argumentasi) | 20 | |
| 2 Membedakan efisiensi vs efektivitas dalam manajemen | Menyusun perbandingan efisiensi (biaya/logistik) dan efektivitas (partisipasi UMKM, pertumbuhan GMV). | Rubrik diskusi (ketajaman argumen, contoh nyata) & rubrik laporan (KPI efisiensi–efektivitas jelas) | 20 | |
3 Menjelaskan manajemen sebagai ilmu (data, kaidah ilmiah) dan seni (kepemimpinan, judgement) | Menunjukkan bagaimana integrasi berbasis big data (ilmu) dan kepemimpinan/diplomasi (seni). | Rubrik presentasi (koherensi, gaya penyampaian, argumentasi berbasis teori & contoh nyata) | 20 | |
| 4 Menerapkan fungsi P-O-L-C dalam organisasi | Membuat pemetaan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan kontrol pasca integrasi TikTok–Tokopedia. | Rubrik laporan (kelengkapan P-O-L-C), rubrik visualisasi (alur logis & komunikatif) | 25 | |
| 5 Soft Skills (OBE Generic Learning Outcomes) | Kolaborasi tim, ketepatan waktu pengumpulan, partisipasi aktif diskusi. | Rubrik partisipasi (kontribusi, komunikasi, kepemimpinan), checklist kehadiran & keterlibatan | 15 |
Instruksi Pengisian (Kolom Komentar Website)
- Tulis nama depan saja.
- Jawaban singkat (1–2 kalimat) untuk tiap poin:
- 1: 1 ciri organisasi + contoh kasus.
- 2: 1 indikator efisiensi/efektivitas.
- 3: Ilmu + seni dalam kasus.
- 4: 1 fungsi P-O-L-C + contoh.
- 5 Soft Skills: 1 kontribusi pribadi.
- Jawaban sama persis = nilai 0.
Contoh Jawaban
Nama: Anwar
- Poin 1: Struktur berubah, TikTok pegang 75% Tokopedia.
- Poin 2: Efisiensi: promosi lebih murah via video.
- Poin 3: Data analisis (ilmu), diplomasi regulator (seni).
- Poin 4: Controlling: audit harga sesuai KPPU.
- Poin 5 Soft Skills: Aktif dan tepat waktu di tim.
| Tabel Nilai & Komentar | |||
| No | Nama Mahasiswa | Nilai | Komentar |
| 1 | Ilma Fatimah | 84 | Organisasi & strategi harga baik, efisiensi logistik & P-O-L-C belum lengkap. |
| 2 | Zevania Chris Allant Saragih | 50 | Umum, tidak menyinggung CPMK & studi kasus. |
| 3 | Firza | 82 | Daya saing & GMV disebut, logistik & P-O-L-C belum lengkap. |
| 4 | Javani | 88 | Komprehensif (UMKM, Live, KPPU), tapi planning & leading P-O-L-C minim. |
| 5 | Monica | 92 | Komprehensif, P-O-L-C hampir lengkap; leadership bisa diperdalam. |
| 6 | Denayla Farenisa | 95 | Hampir sempurna; semua indikator terpenuhi, butuh contoh konkret UMKM. |
| 7 | Chynthia | 80 | Ada organisasi & kepemimpinan, tapi tujuan integrasi & logistik kurang. |
| 8 | Chelsy | 82 | Tujuan & pemasaran ada, tapi logistik & P-O-L-C tidak lengkap. |
| 9 | Denayla Farenisa (duplikat) | 0 | Duplikat jawaban. |
| 10 | Nur Syifa Rahmadona | 80 | Efektivitas & tanggung jawab ada, integrasi & logistik kurang, P-O-L-C minim. |
| 11 | Juwita | 83 | Regulasi & GMV ada, logistik absen, P-O-L-C hanya planning. |
| 12 | Alya | 90 | Relevan, lengkap (tujuan, efisiensi, ilmu–seni, P-O-L-C, soft skill sederhana). |
| 13 | Irma | 81 | Ekosistem & promosi ada, integrasi kurang tegas, organizing/controlling minim. |
| 14 | Salwa Amalinda | 83 | Daya saing & ilmu–seni jelas, logistik/pembayaran lemah, P-O-L-C hanya leading. |
| 15 | Revalia Assan | 79 | Generik, tanpa contoh konkret, analisis dangkal, P-O-L-C kurang jelas. |
| 16 | Ghina | 86 | Struktur organisasi & efisiensi kuat, strategi ilmu–seni & planning/leading kurang. |
| 17 | Marcella | 83 | Ekosistem & ilmu–seni ada, logistik/pembayaran & P-O-L-C kurang detail. |
| 18 | Firiyal Azkia | 74 | Umum, deskriptif, kurang konkret, P-O-L-C tidak diuraikan. |
| 19 | Sheira Maulida Putri | 85 | Fokus UMKM & data, logistik & organizing/controlling lemah. |
| 20 | Lina Aulia | 94 | Sangat lengkap, tujuan integrasi, efisiensi logistik, ilmu–seni, P-O-L-C detail. |
| 21 | Rachelia Febiyanti | 82 | Sistem & efektivitas ada, logistik absen, P-O-L-C parsial. |
| 22 | Novitriyani Dira Supriatna | 88 | Multi-aktor, GMV, ilmu–seni ada, detail logistik minim. |
| 23 | Dhea Chaerina Zulyanti | 84 | Social commerce & big data ada, logistik & P-O-L-C belum lengkap. |
| 24 | Adinda Salwa | 80 | UMKM & GMV disebut, umum, P-O-L-C hanya leading, integrasi kurang kuat. |
| 25 | Fransiskus Simanulang | 90 | Komprehensif, logistik/pembayaran jelas, ilmu–seni, KPI, soft skill kreatif. |
| 26 | Rismia Aldelia Pane | 83 | Tujuan UMKM & strategi ada, efisiensi & P-O-L-C belum lengkap. |
| 27 | Zoya Nashifa S | 91 | Struktur organisasi, efisiensi server, ilmu–seni, P-O-L-C jelas. |
| 28 | Vallin Al Zahara | 87 | Tujuan pangsa pasar jelas, P-O-L-C parsial, logistik kurang. |
| 29 | AS Syaukan Sri Dano Imron | 0 | Jawaban kosong (link). |
| 30 | Fita | 65 | Tidak relevan (bahas Gojek–GoTo). |
| 31 | AS Syaukan Sri Dano Imron (2) | 80 | Tujuan & kampanye jelas, ilmu–seni & soft skill kreatif ada. |
| 32 | Ayu Safitri | 89 | Kepemilikan 75%, promosi UMKM kuat, ilmu–seni jelas, P-O-L-C ada. |
| 33 | Nur Fani | 89 | Komprehensif (social commerce, data, publik), P-O-L-C parsial. |
| 34 | Mutia Dwi Sabrina | 82 | UMKM & budaya kolaborasi ada, logistik/pembayaran kurang, P-O-L-C parsial. |
| 35 | Rasya Putra Rizkyanto | 85 | Efisiensi pembayaran jelas, ilmu–seni cukup, P-O-L-C minim. |
| 36 | Kinanti Putri Rahmania | 80 | Prosedur & ilmu–seni ada, P-O-L-C parsial, logistik kurang. |
| 37 | Diva Putri Aurelia Triyanto | 90 | Social commerce, UMKM, big data, P-O-L-C ada, organizing/controlling bisa ditambah. |
| 38 | Sintya Suryani Dewi | 83 | Social commerce & algoritma ada, logistik absen, P-O-L-C parsial. |
| 39 | Nadya Khairani | 72 | Umum, efisiensi & P-O-L-C tidak rinci, soft skill kurang. |
| 40 | Laura Syahnanda Zulfia | 92 | Komprehensif; tujuan, efisiensi, ilmu–seni, P-O-L-C lengkap. |
| 41 | Reza Adi Putra | 88 | Naratif kuat, organisasi jelas, logistik bisa ditambah. |
| 42 | Deva | 84 | Struktur jelas, logistik ada, P-O-L-C belum utuh. |
| 43 | Nasywa Tajali Al’Ain | 82 | Regulasi KPPU & GMV disebut, P-O-L-C parsial, logistik absen. |
| 44 | Meysia | 81 | Multi-aktor & ilmu–seni ada, umum, logistik/pengendalian kurang. |
| 45 | Chintya Aprilia | 93 | Integrasi algoritma–transaksi, efisiensi, P-O-L-C lengkap. |
| 47 | Syafiq Naufal Afandi | 91 | Ringkas tapi padat, semua indikator tercakup baik. |
| 48 | Popy Agis | 92 | Komprehensif, strategi & audit harga, P-O-L-C jelas. |
| 49 | Zahra Salsabila | 84 | Rebranding & promosi jelas, P-O-L-C parsial, logistik minim. |
| 50 | Maesyila Azhara | 78 | Fokus regulasi jelas, efisiensi terbatas, soft skill umum. |
| 51 | Syifaa Annisa Zalfaa | 90 | Lengkap (predatory pricing, P-O-L-C, ilmu–seni). |
| 52 | Raihan | 86 | Runtut, tujuan & efektivitas ada, regulasi bisa diperdalam. |
| 53 | Sabriana | 80 | Ringkas & relevan, P-O-L-C parsial. |
| 54 | Adinda Maysa | 87 | UMKM, logistik, big data, diplomasi, P-O-L-C ada. |
| 55 | Marcella (entri lain) | 82 | Pangsa pasar & efisiensi ada, controlling kurang detail. |
| 56 | Salwa Fitriyah | 76 | Regulasi & judgment ada, efisiensi & P-O-L-C kurang lengkap. |
| 57 | Dilla Arliana | 89 | Regulasi, GMV, predatory pricing, P-O-L-C runtut. |
| 58 | Nabila Septi Romadhoni | 84 | UMKM & promosi jelas, regulasi tipis. |
| 59 | Dwi Prasetyo | 88 | GMV, UMKM, big data, leadership, P-O-L-C ringkas. |
| 60 | Safira Novelia | 92 | Analisis solid, semua indikator terpenuhi. |
| 61 | Dinar Keizia Nurazizah | 85 | Pangsa pasar & GMV ada, organizing disebut, logistik minim. |
| 62 | Indira Naresa Putri | 40 | Tidak relevan (teknis tugas kuliah). |
| 63 | Rhamadan Inda Robbi | 82 | Tujuan & leadership ada, controlling minim. |
| 64 | N Zhahwa Khoirunnissa | 80 | Multi-aktor & algoritma disebut, P-O-L-C umum. |
| 65 | Dinda Olivia | 30 | Tidak relevan (bahas RTM). |
| 66 | Natasya Aryanty | 86 | Lengkap; tujuan, UMKM, ilmu–seni, organizing, regulasi perlu eksplisit. |
| 67 | Senia Dewi Pamela | 78 | Efisiensi & ilmu–seni ada, penulisan kurang rapi, P-O-L-C parsial. |
| 68 | Shabila Musyaqinah | 83 | UMKM, GMV, big data jelas, regulasi tipis. |
| 69 | Muhammad Faidhlul Ma’arif | 84 | KPPU & promosi efektif, P-O-L-C ringkas. |
| 70 | Andra Yani | 80 | Persaingan & leadership disebut, controlling minim. |
| 71 | Rizqika Putri Hudani | 85 | Tujuan & regulasi ada, teamwork jelas. |
| 72 | Muhamad Dhimas Ramadhanni | 83 | Regulasi & controlling ada, cukup baik. |
| 73 | Ibnu Restu Santoso | 82 | Struktur & planning jelas, adaptabilitas ada. |
| 74 | Alpi | 80 | Tujuan & efektivitas ada, soft skill komunikasi baik, ringkas. |
| 75 | Dinda Olivia (RTM) | 30 | Tidak relevan (RTM, bukan kasus TikTok–Tokopedia). |
| 76 | Muhammad Reza Ramadhan | 83 | UMKM & promosi jelas, soft skill adaptasi ada. |
| 77 | Nadira Rahmadani | 82 | Struktur & big data ada, ringkas. |
| 78 | Zulayka Latifa Zihan | 84 | Investasi & promosi Live jelas, organizing ada. |
| 79 | Irene | 81 | Struktur & kontribusi disebut, singkat. |
| 80 | Syaqira Herrel | 83 | Tujuan & leading ada, singkat tapi relevan. |
| 81 | Camila Kanza Thetta Rahimah | 84 | Tujuan, efisiensi, ilmu–seni, planning, kontribusi ada. |
| 82 | Renaldi Pati Nggumbe | 82 | Data analitik & konten kreatif jelas. |
| 83 | Muhammad Ivan Zein | 83 | Tujuan, efektivitas, soft skill jelas, ringkas. |
| 84 | Amandha Annas Natasya | 90 | Detail saham, efisiensi, P-O-L-C lengkap, soft skill kolaborasi baik. |
| 85 | Danar | 82 | Tujuan, big data, komunikasi disebut, ringkas. |
| 86 | Nova Maria Ulfa | 91 | Komprehensif, semua indikator lengkap. |
| 87 | Irma (entri kedua) | 88 | Regulasi, efisiensi, planning, soft skill manajemen waktu ada. |
| 88 | Syellen Beauty Listianisa | 80 | Tujuan, organizing & soft skill ada, ringkas. |
| 89 | Siti Alfarisy | 0 | Jawaban mirip materi sumber, kurang pemahaman pribadi. |
| 90 | Rei Rahman Faudzi | 85 | Relevan, ada data efisiensi iklan 35%, contoh regulasi kurang. |
| 91 | Arini (duplikat) | 0 | Duplikat jawaban, tanpa tambahan ide. |
| 92 | Ninda Ulya | 80 | Relevan & dengan bahasa sendiri, tapi umum. |
| 93 | Erick | 70 | Ada UMKM, tapi singkat, tidak lengkap. |
| 94 | Shelvy | 85 | Ringkas & relevan, P-O-L-C ada, perlu contoh nyata. |
| 95 | Rahmania | 75 | Definisi umum, kurang spesifik ke TikTok–Tokopedia. |
| 96 | Dinda Intan Nuraini | 0 | Tidak menjawab, hanya instruksi OBE. |
| 97 | Alya Salma Kamila | 85 | Ringkas, sesuai instruksi, regulasi bisa ditambah. |
| 98 | Athallah Rehando Eka Radityo | 0 | Tidak relevan (bahas Instagram/Meta). |
| 99 | Suci Ramadhani | 0 | Tidak relevan (ASN & budaya kerja). |
| 100 | Cindy Ramadhani Riefwanti | 80 | Relevan, tapi umum, P-O-L-C parsial. |
| 101 | Suci Ramadhani (entri lain) | 88 | Analitis, efisiensi & regulasi jelas, tambah KPI lebih kuat. |
| 102 | Talitha Syifa | 84 | Regulasi & leading ada, P-O-L-C parsial. |
| 103 | Chairunisa Ramadhani | 86 | Struktur & organizing jelas, kontrol minim. |
| 104 | Ilona Asvika | 72 | Relevan tapi umum, perlu contoh operasional. |
| 105 | Al Vicky | 85 | Konteks kuat, indikator lengkap bila ringkas. |
| 106 | Muhammad Rafid Rabbani | 40 | Minim, indikator tidak lengkap. |
| 107 | Nayla Putri Rahma Novianti | 0 | Tidak relevan (Starlink). |
| 108 | Zahra Humaira (entri lain) | 70 | Relevan tapi umum, P-O-L-C kurang. |
| 109 | Ilona Asvika (entri kedua) | 74 | Agile menarik, logistik & regulasi kurang. |
| 110 | Winansyah | 84 | Ringkas, tepat, P-O-L-C parsial. |
| 111 | Ashilah Fathiyya Nabilah | 0 | Tidak relevan (RTM umum). |
| 112 | Dinda Intan Nuraini (kasus) | 86 | Spesifik (merchant aktif, SOP KPPU), kontrol biaya/logistik perlu. |
| 113 | Nazwa Putri Nabila | 65 | Sangat singkat, indikator belum lengkap. |
| 114 | Lanya | 70 | Relevan tapi generik, P-O-L-C parsial. |
| 115 | Raya Achmadiyoso | 78 | Tujuan & UMKM ada, logistik & controlling minim. |
| 116 | Ashilah Fathiyya Nabilah (2) | 55 | Umum, indikator belum lengkap. |
| 117 | Melani | 82 | Terstruktur, relevan, tapi P-O-L-C baru planning. |