Dalam dunia yang semakin tidak pasti dan kompleks, dikenal sebagai VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous), pendidikan pascasarjana seolah terjebak dalam bingkai tradisional yang sudah tidak relevan lagi. Di tengah gelombang perubahan yang mengguncang tatanan global, pendidikan ini kerap kali gagal untuk mempersiapkan lulusan yang mampu bersaing dan bertahan dalam lingkungan yang terus berubah.

Mari kita menengok kembali ke awal abad ke-19, ketika Universitas Berlin di Jerman melahirkan model pendidikan tinggi Humboldtian, sebuah konsep yang memadukan pendidikan dan penelitian dalam sebuah kesatuan yang harmonis. Di bawah bayang-bayang Universitas Humboldtian, pendidikan dirancang untuk menciptakan intelektual yang tidak hanya sarat dengan pengetahuan, tetapi juga memiliki kepekaan budaya dan moral yang dalam. Inilah masa ketika integrasi seni dan sains menjadi fondasi pembelajaran, dan Jerman menjadi kiblat pendidikan global, menarik 80% sarjana Jepang untuk menuntut ilmu di sana.

Namun, seiring berjalannya waktu, model ini menemukan saingannya di Amerika Serikat dengan lahirnya Land Grant Colleges melalui Merrill Act pada abad ke-19. Di sinilah MIT, Harvard, Yale, Princeton, dan Columbia menjadi mercusuar baru pendidikan tinggi dunia. Di balik kesuksesan ini, berdiri gagasan universitas sebagai stasiun pelayanan sosial, tempat di mana ilmu pengetahuan tidak hanya dipelajari tetapi juga diterapkan untuk melayani masyarakat. Dua model pendidikan ini menawarkan perspektif yang berbeda, tetapi keduanya dibangun di atas filosofi yang kuat: pendidikan untuk membentuk masyarakat yang lebih baik.

Sayangnya, hari ini, pendidikan pascasarjana sering kali terjebak dalam perangkap birokrasi dan kurikulum usang yang mengabaikan realitas zaman. Ketika dunia luar bergerak dengan kecepatan kilat, sistem pendidikan ini masih terpaku pada paradigma lama yang gagal memahami kompleksitas dan ketidakpastian dunia VUCA.

Masyarakat VUCA menuntut keterampilan yang dapat dialihkan, kemampuan untuk beradaptasi, dan pemikiran kritis yang melampaui batas-batas disiplin ilmu. Namun, apa yang kita lihat di ruang-ruang kelas pascasarjana adalah kurikulum yang kaku, berfokus pada spesialisasi sempit yang sering kali tidak relevan dengan tantangan global yang dihadapi saat ini. Lulusan didorong untuk menjadi ahli dalam satu bidang tertentu, tetapi kurang dibekali dengan keterampilan lintas disiplin yang diperlukan untuk menghadapi dunia yang tidak pasti ini.

Di sinilah pentingnya reformasi sistem pendidikan pascasarjana. Kita membutuhkan pendekatan baru yang mampu menjawab tantangan masyarakat VUCA, dengan fokus pada pengembangan keterampilan yang dapat dialihkan, kolaborasi antar disiplin, dan pembelajaran yang berkelanjutan. Pendidikan tidak lagi bisa dilihat sebagai sesuatu yang statis, tetapi harus menjadi proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan perubahan dunia.

Dalam konteks ini, reformasi bukan hanya sebuah pilihan, melainkan keharusan. Kita perlu menata ulang filosofi pendidikan kita, menggabungkan yang terbaik dari model Humboldtian dan Land Grant, dan mengaplikasikannya dalam kerangka masyarakat modern. Pendidikan pascasarjana harus menjadi inkubator bagi para pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga tanggap terhadap perubahan sosial dan ekonomi global.

Jika tidak, kita akan terus menghasilkan lulusan yang tidak siap menghadapi tantangan zaman, dan pada akhirnya, kita akan gagal membangun masyarakat yang mampu bertahan dalam dunia VUCA. Waktunya untuk berubah sudah tiba, dan pendidikan pascasarjana harus memimpin perubahan ini, memastikan bahwa generasi mendatang dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi ketidakpastian dan kompleksitas masa depan. Ini bukan sekadar evolusi, ini adalah revolusi yang harus kita jalani bersama.

An illustration featuring a man in graduation attire navigating through waves with a ship in the background, surrounded by floating diploma certificates, with an industrial skyline and a sunrise on the horizon.

ilustrasi karikatur menggambarkan sistem pendidikan pascasarjana tradisional yang kesulitan untuk bertahan di lautan VUCA yang penuh tantangan, sementara di cakrawala, terlihat kapal modern yang mewakili sistem pendidikan yang telah direformasi, dengan penuh keyakinan menuju matahari terbit, simbol harapan dan inovasi.