
Oleh : Dudi D. Akbar
Warnamediaonline.com. (05/07/2024). Jakarta, menghadapi dua masalah lingkungan besar yang berdampak serius pada kesehatan warganya: polusi udara dan tingginya prevalensi merokok. Kedua masalah ini tidak hanya menyebabkan berbagai masalah kesehatan, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana polusi udara dan merokok mempengaruhi ekonomi Jakarta, dengan fokus pada data yang mengungkapkan besarnya beban ekonomi akibat masalah-masalah ini.
Dampak Ekonomi dari Polusi Udara
Polusi udara di Jakarta sebagian besar disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran sampah. Partikulat halus seperti PM2.5 adalah salah satu polutan yang paling berbahaya, dapat terhirup dan masuk ke dalam sistem pernapasan, menyebabkan berbagai penyakit. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di jurnal “INTERACTION” (Vol. 10, No. 2: Oktober 2023), polusi udara di Jakarta memiliki dampak ekonomi yang sangat besar.
Menurut studi tersebut, polusi udara di Jakarta diperkirakan menyebabkan lebih dari 10,000 kematian setiap tahunnya. Selain itu, polusi udara menyebabkan lebih dari 5,000 rawat inap setiap tahun akibat penyakit kardiovaskular dan pernapasan. Biaya ekonomi yang timbul dari dampak kesehatan ini sangat besar. Pada tahun 2019, total beban ekonomi akibat polusi udara di Jakarta diperkirakan mencapai USD 2943.42 juta, yang setara dengan 2.2% dari PDB kota.
Bagaimana Polusi Udara Menguras Ekonomi?
- Biaya Perawatan Kesehatan: Polusi udara meningkatkan jumlah pasien yang memerlukan perawatan medis untuk penyakit yang disebabkan oleh polusi. Ini termasuk penyakit pernapasan kronis, penyakit jantung, dan berbagai jenis kanker. Biaya perawatan kesehatan untuk kondisi-kondisi ini sangat tinggi, mencakup biaya rawat inap, obat-obatan, dan perawatan jangka panjang.
- Kehilangan Produktivitas: Orang yang menderita penyakit akibat polusi udara cenderung absen lebih sering dari pekerjaan. Ini mengurangi produktivitas tenaga kerja dan menurunkan output ekonomi. Selain itu, kematian dini akibat penyakit terkait polusi mengurangi jumlah tenaga kerja produktif di kota.
- Penurunan Kualitas Hidup: Polusi udara juga berdampak pada kualitas hidup masyarakat. Orang yang tinggal di daerah dengan polusi tinggi seringkali harus mengeluarkan biaya tambahan untuk melindungi diri, seperti membeli masker dan sistem filtrasi udara untuk rumah mereka.
Dampak Ekonomi dari Kebiasaan Merokok
Selain polusi udara, kebiasaan merokok juga menjadi masalah besar di Jakarta. Merokok tidak hanya berdampak pada kesehatan perokok itu sendiri, tetapi juga pada orang-orang di sekitarnya yang terpapar asap rokok. Ini menciptakan beban ekonomi tambahan bagi kota.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal dengan orang tua yang merokok, terutama ayah yang merokok, lebih rentan terhadap stunting dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Prevalensi merokok yang tinggi di kalangan keluarga berpenghasilan rendah berarti lebih banyak pengeluaran rumah tangga untuk produk tembakau daripada kebutuhan pokok lainnya, termasuk makanan bergizi. Ini berdampak langsung pada kesehatan dan perkembangan anak-anak.
Dampak Ekonomi dari Merokok
- Biaya Kesehatan: Sama seperti polusi udara, merokok juga meningkatkan biaya perawatan kesehatan. Penyakit yang terkait dengan merokok, seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan kronis, memerlukan perawatan medis yang mahal.
- Kehilangan Produktivitas: Perokok cenderung mengalami masalah kesehatan lebih sering daripada non-perokok, yang mengakibatkan absensi kerja yang lebih tinggi. Selain itu, kematian dini akibat merokok mengurangi jumlah tenaga kerja produktif.
- Pengeluaran Rumah Tangga: Keluarga yang memiliki anggota perokok menghabiskan sebagian besar penghasilan mereka untuk membeli rokok. Ini mengurangi kemampuan mereka untuk membeli kebutuhan lain yang lebih penting, seperti makanan bergizi, pendidikan, dan perumahan yang layak.
- Dampak pada Generasi Mendatang: Anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan paparan asap rokok cenderung memiliki masalah kesehatan yang lebih banyak dan prestasi akademis yang lebih rendah. Ini berdampak pada kemampuan mereka untuk berkontribusi secara ekonomi di masa depan.
Data dan Temuan Penelitian
Studi yang dilakukan oleh Syuhada et al. (2023) dalam “Impacts of Air Pollution on Health and Cost of Illness in Jakarta, Indonesia” mengungkapkan data yang mengejutkan tentang biaya ekonomi akibat polusi udara. Menurut penelitian ini, kota Jakarta mengalami kerugian ekonomi terbesar, dengan biaya kesehatan dan rawat inap yang tinggi terkait penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Biaya kematian akibat polusi udara diperkirakan mencapai sekitar 11 miliar Rupiah setiap tahunnya.
Selain itu, penelitian oleh Sinaga et al. (2022) menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di dekat industri pembakaran batu bata memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa polusi udara dari sumber industri juga berdampak negatif pada kesehatan anak-anak dan perkembangan mereka.
Solusi dan Kebijakan yang Diperlukan
Untuk mengurangi beban ekonomi akibat polusi udara dan merokok, diperlukan kebijakan yang efektif dan terarah. Beberapa langkah yang bisa diambil meliputi:
- Pengendalian Emisi Kendaraan dan Industri: Pemerintah harus memperketat regulasi emisi untuk kendaraan bermotor dan industri. Ini termasuk mendorong penggunaan kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan di industri.
- Pengurangan Konsumsi Rokok: Pemerintah perlu menerapkan kebijakan pengendalian tembakau yang lebih ketat, termasuk kampanye anti-merokok, peningkatan harga rokok, dan pembatasan iklan rokok.
- Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya polusi udara dan merokok melalui kampanye edukasi yang luas. Ini bisa dilakukan melalui media massa, sekolah, dan komunitas.
- Peningkatan Ruang Terbuka Hijau: Menambah jumlah taman dan ruang terbuka hijau di kota untuk membantu menyerap polutan dan menyediakan area yang lebih sehat untuk aktivitas masyarakat.
- Monitoring dan Penegakan Hukum: Memperketat monitoring kualitas udara dan penegakan hukum terhadap pelanggaran emisi oleh industri dan kendaraan bermotor.
Polusi udara dan kebiasaan merokok merupakan kombinasi mematikan yang tidak hanya merusak kesehatan masyarakat Jakarta, tetapi juga menguras ekonomi kota. Dampak ekonomi dari kedua masalah ini sangat besar, mencakup biaya perawatan kesehatan, kehilangan produktivitas, dan penurunan kualitas hidup. Dengan menerapkan kebijakan yang tepat dan meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat mengurangi dampak negatif dari polusi udara dan merokok, serta menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan ekonomi yang lebih kuat untuk masa depan Jakarta.
Untuk membaca lebih lanjut tentang dampak polusi udara dan stunting di Jakarta, Anda bisa mengakses artikel lengkapnya di sini.

Berikut adalah karikatur yang dengan dramatis menggambarkan kehancuran ekonomi akibat polusi udara dan kebiasaan merokok di Jakarta. Karikatur ini menampilkan area perkotaan yang penuh sesak dengan lalu lintas super padat dan pabrik industri yang memuntahkan asap hitam pekat. Di latar depan, seorang anak mengenakan masker berdiri di samping orang dewasa yang sehat, menunjukkan perbedaan kondisi kesehatan yang mencolok bak langit dan bumi. Anak tersebut tampak lelah, tidak sehat, dan pertumbuhannya terhambat secara mengerikan. Rumah sakit dengan antrian panjang orang-orang yang putus asa, keluarga yang tenggelam dalam kesulitan biaya hidup, dan seorang perokok yang menghembuskan asap besar seperti naga, semuanya tergambar jelas. Pohon-pohon dengan daun coklat layu dan papan iklan yang menunjukkan tingkat polusi yang sangat tinggi menambah nuansa kepanikan dan urgensi tentang biaya ekonomi yang menghancurkan dari polusi dan merokok.
Penulis : Dudi D. Akbar (Dosen dan Peneliti)