Di dalam labirin politik yang kompleks, muncul sosok Tenaga Ahli Fraksi yang meresahkan, yang lebih dikenal sebagai “petakilan” karena kecenderungannya menciptakan konflik untuk merusak demokrasi. Namanya adalah Rahmat, seorang ahli taktik politik yang cerdik namun menggunakan kecerdasannya untuk tujuan yang merugikan.

Rahmat memulai kariernya sebagai tenaga ahli fraksi yang ambisius, tetapi seiring berjalannya waktu, niatnya yang semula untuk memberikan kontribusi positif di parlemen berubah menjadi agenda yang lebih gelap. Dia menjadi arsitek di balik serangkaian intrik dan skandal yang dirancang untuk menghancurkan kepercayaan masyarakat pada sistem demokrasi.

Ketika ada perbedaan pandangan di antara fraksi-fraksi, Rahmat melihatnya sebagai peluang untuk menciptakan konflik bukan untuk mencari solusi, tetapi untuk memperkeruh suasana. Dia menggunakan media dan platform publik untuk membesar-besarkan perbedaan, menciptakan narasi palsu, dan memanfaatkan ketegangan politik untuk meraih keuntungan pribadi dan kepentingan tertentu.

Salah satu taktiknya yang paling merusak adalah menyebarkan hoaks dan informasi palsu untuk menciptakan ketidakpastian di kalangan masyarakat. Dengan cerdas, Rahmat menyusupkan narasi yang menciptakan ketidakpercayaan terhadap lembaga-lembaga demokratis, seperti meragukan integritas pemilihan umum atau menghasut ketidaksetujuan terhadap keputusan-keputusan parlemen.

Rahmat juga terlibat dalam praktik-praktik korupsi dan suap untuk mencapai tujuannya. Dengan cara ini, dia tidak hanya menciptakan konflik dari luar, tetapi juga merusak struktur demokratis dari dalam. Upayanya untuk mengguncangkan demokrasi bukanlah sekadar ekspresi pendapat atau perbedaan pandangan, melainkan serangkaian tindakan sengaja yang bertujuan untuk melemahkan fondasi demokrasi itu sendiri.

Walaupun terkadang terbongkar, Rahmat terus menjalankan agenda “petakilan”nya dengan cerdik. Dia menciptakan kelompok-kelompok pendukung yang fanatik, menggunakan retorika radikal untuk menyebarluaskan ide-ide yang merusak. Keberhasilannya dalam menciptakan konflik dan merusak demokrasi menjadi peringatan bagi masyarakat akan potensi ancaman yang datang dari dalam sistem politik itu sendiri.

Rahmat menjadi contoh buruk tentang bagaimana seorang tenaga ahli fraksi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan politik yang tinggi dapat digunakan dengan cara yang sangat merusak. Pergulatan melawan “petakilan” semacam Rahmat menegaskan pentingnya menjaga integritas dan kestabilan demokrasi, serta perlunya kewaspadaan masyarakat terhadap upaya-upaya yang dapat merongrong fondasi demokrasi yang telah dibangun.