

Pandemi COVID-19 telah memberikan kejutan pada sistem ekonomi global, termasuk dalam hal kebijakan moneter. Sebagai tanggapan terhadap dampak pandemi COVID-19, banyak bank sentral di seluruh dunia mengambil tindakan untuk memperkuat stabilitas ekonomi, mendorong pertumbuhan, dan memberikan dukungan likuiditas. Beberapa tindakan kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral selama pandemi COVID-19 antara lain:
Penurunan suku bunga: Banyak bank sentral menurunkan suku bunga acuan untuk merangsang pinjaman dan meningkatkan likuiditas di pasar keuangan.
Program pembelian aset: Beberapa bank sentral memulai program pembelian aset dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar keuangan dan menstabilkan harga aset.
Pelonggaran kebijakan kredit: Bank sentral memperlonggar kebijakan kredit dengan memberikan akses ke fasilitas kredit baru dan memperpanjang jangka waktu peminjaman. Hal ini bertujuan untuk membantu perbankan dan lembaga keuangan untuk memenuhi kebutuhan kredit dan meningkatkan likuiditas.
Program dukungan finansial: Bank sentral meluncurkan program dukungan finansial untuk memberikan bantuan finansial kepada perusahaan kecil dan menengah yang terdampak oleh pandemi COVID-19.
Kerja sama internasional: Bank sentral bekerja sama dengan bank sentral dan lembaga keuangan internasional lainnya untuk meningkatkan kerja sama internasional dan koordinasi kebijakan moneter dalam menangani dampak pandemi COVID-19.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian akibat pandemi COVID-19, bank sentral di seluruh dunia terus memantau kondisi ekonomi dan mengambil tindakan kebijakan yang diperlukan untuk memperkuat stabilitas dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral selama pandemi COVID-19 bertujuan untuk memberikan dukungan finansial dan likuiditas bagi pasar keuangan, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meminimalkan dampak negatif pandemi COVID-19 terhadap perekonomian.
Sementara itu, Bank for International Settlements (BIS) yang merupakan sebuah organisasi internasional yang bertugas untuk mempromosikan kerja sama dan stabilitas keuangan antar bank sentral nasional dan lembaga keuangan internasional lainnya. BIS bukanlah bank sentral dari suatu negara tertentu, melainkan merupakan bank sentral bagi bank-bank sentral.
Sebagai organisasi yang bertanggung jawab untuk mempromosikan stabilitas keuangan global, BIS telah merespons pandemi COVID-19 dengan beberapa tindakan, antara lain:
Pemantauan dan analisis pasar keuangan: BIS memantau dan menganalisis pasar keuangan global secara cermat untuk mengidentifikasi potensi risiko dan mengevaluasi dampak pandemi COVID-19 pada pasar keuangan.
Penyediaan likuiditas bagi bank-bank sentral: BIS menyediakan fasilitas likuiditas kepada bank-bank sentral nasional untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dalam menjaga stabilitas pasar keuangan selama pandemi COVID-19.
Peran dalam koordinasi kebijakan global: BIS bekerja sama dengan bank-bank sentral dan lembaga keuangan internasional lainnya untuk memperkuat kerja sama dan koordinasi dalam menangani dampak pandemi COVID-19 pada pasar keuangan global.
Mempromosikan kerja sama antar negara: BIS mempromosikan kerja sama antar negara dalam menangani pandemi COVID-19 dan memberikan dukungan finansial dan teknis kepada negara-negara anggota.
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh BIS bertujuan untuk mempromosikan stabilitas pasar keuangan global selama pandemi COVID-19. Dalam hal ini, BIS berperan sebagai fasilitator dan koordinator antar bank sentral nasional dan lembaga keuangan internasional lainnya dalam menangani dampak pandemi COVID-19 pada pasar keuangan global.
Sebagai tinjauan terhadap negara yang tergologn large open economi, USA, dengan Bank Sentral Amerika Serikat, yang dikenal sebagai Federal Reserve (The Fed), mengambil berbagai tindakan untuk merespon dampak pandemi COVID-19 pada perekonomian Amerika Serikat. Beberapa tindakan yang dilakukan oleh The Fed antara lain:
Penurunan suku bunga: The Fed menurunkan suku bunga acuan menjadi hampir 0% pada bulan Maret 2020 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberikan likuiditas pada pasar keuangan.
Pembelian aset: The Fed memulai program pembelian aset dengan tujuan untuk memperkuat likuiditas pasar keuangan. The Fed membeli surat berharga negara, hipotek, dan surat berharga perusahaan dengan total nilai mencapai triliunan dolar.
Pelonggaran kebijakan kredit: The Fed memperlonggar kebijakan kredit dengan memberikan akses ke fasilitas kredit baru dan memperpanjang jangka waktu peminjaman. Hal ini bertujuan untuk membantu perbankan dan lembaga keuangan untuk memenuhi kebutuhan kredit.
Program Pemulihan Ekonomi Main Street: The Fed meluncurkan program Pemulihan Ekonomi Main Street dengan tujuan memberikan bantuan finansial kepada perusahaan kecil dan menengah yang terdampak oleh pandemi COVID-19.
Pembelian obligasi korporasi: The Fed membeli obligasi korporasi untuk memperkuat likuiditas pasar keuangan dan mendukung perusahaan-perusahaan yang terdampak pandemi COVID-19.
Tindakan-tindakan ini diambil oleh The Fed untuk memberikan dukungan finansial dan likuiditas pada pasar keuangan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat selama pandemi COVID-19.

Bagaimana dengan Indonesia,
Pandemi COVID-19 telah memberikan tekanan yang signifikan pada perekonomian global, termasuk di Indonesia. Beberapa tekanan perekonomian yang dihadapi Indonesia selama pandemi antara lain:
Menurunnya Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan signifikan selama pandemi. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 2,97%, lebih rendah dari target sebelumnya sekitar 5%.
Menurunnya Konsumsi Masyarakat: Pandemi COVID-19 membuat masyarakat mengurangi pengeluaran dan berhemat, sehingga konsumsi masyarakat menurun tajam. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan di pasar dan menimbulkan dampak pada sektor usaha.
Penurunan Investasi: Pandemi COVID-19 membuat investor ragu untuk menginvestasikan uangnya karena ketidakpastian pasar dan ketidakpastian pandemi. Sejumlah perusahaan juga menunda rencana investasi mereka.
Menurunnya Ekspor: Pandemi COVID-19 menyebabkan banyak negara menutup perbatasan mereka untuk mengurangi penyebaran virus. Hal ini menyebabkan penurunan ekspor dan dampak pada sektor usaha di Indonesia.
Meningkatnya Pengangguran: Pandemi COVID-19 menyebabkan banyak perusahaan harus menutup operasinya atau merumahkan karyawan. Hal ini menyebabkan meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.
Meningkatnya Defisit Anggaran: Pemerintah Indonesia mengeluarkan banyak dana untuk membantu pemulihan ekonomi selama pandemi. Hal ini menyebabkan meningkatnya defisit anggaran Indonesia.
Upaya-upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia untuk mengurangi tekanan perekonomian selama pandemi, seperti pelonggaran kebijakan moneter, relaksasi kebijakan fiskal, dan program pemulihan ekonomi nasional.
Bagaimana dengan globalisasi, kecenderungan proteksionisme ?
Ya, proteksionisme dapat muncul dalam situasi pandemi COVID-19. Proteksionisme merupakan kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk membatasi impor barang atau jasa dari negara lain dengan tujuan melindungi produsen domestik dan meningkatkan perekonomian dalam negeri.
Selama pandemi COVID-19, beberapa negara menerapkan kebijakan proteksionisme, seperti:
Pembatasan impor: Beberapa negara membatasi impor barang tertentu, seperti produk medis dan alat pelindung diri, untuk memastikan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri.
Insentif ekspor: Beberapa negara memberikan insentif ekspor untuk memperkuat daya saing dan meningkatkan ekspor dalam negeri.
Penundaan perjanjian perdagangan: Beberapa negara menunda perjanjian perdagangan dan mempertimbangkan ulang kebijakan perdagangan mereka untuk mengurangi ketergantungan pada impor dari negara lain.
Penarikan investasi asing: Beberapa negara mengeluarkan kebijakan untuk menarik investasi asing untuk mendorong penggunaan sumber daya dalam negeri.
Namun demikian, kebijakan proteksionisme juga dapat memiliki dampak negatif, seperti:
Meningkatkan harga dan menurunkan kualitas: Pembatasan impor dapat menyebabkan harga naik dan menurunkan kualitas barang yang tersedia di pasar.
Menurunkan daya saing: Kebijakan proteksionisme dapat menurunkan daya saing suatu negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Memperburuk hubungan perdagangan internasional: Kebijakan proteksionisme dapat memperburuk hubungan perdagangan internasional dan menyebabkan ketidakpastian dalam investasi asing.
Dalam situasi pandemi COVID-19, kebijakan proteksionisme dapat muncul sebagai upaya untuk memperkuat perekonomian dalam negeri. Namun, kebijakan tersebut juga dapat memiliki dampak negatif pada pasar global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi yang matang dalam memutuskan kebijakan proteksionisme, serta kerja sama dan koordinasi yang baik antara negara-negara dalam menangani dampak pandemi COVID-19 pada perdagangan internasional.
semoga dunia menjadi lebih baik pasca pandemi. Pandemi COVID-19 telah mengajarkan banyak pelajaran berharga bagi kita semua, baik secara individu maupun secara kolektif sebagai masyarakat global.
Salah satu pelajaran penting yang dapat kita ambil dari pandemi ini adalah pentingnya kerja sama dan solidaritas antar negara dalam mengatasi krisis global. Pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa masalah kesehatan dan ekonomi tidak dapat diatasi oleh satu negara saja, melainkan membutuhkan kerja sama dan koordinasi yang baik antara negara-negara di seluruh dunia.
Selain itu, pandemi ini juga telah menyoroti pentingnya investasi pada sistem kesehatan dan penelitian medis, serta memperkuat kebijakan dan infrastruktur yang dapat mengurangi risiko dan dampak dari krisis kesehatan global di masa depan.
Dalam hal ekonomi, pandemi COVID-19 juga menunjukkan perlunya peningkatan kerja sama antar negara dalam mengatasi dampak ekonomi dari pandemi. Negara-negara perlu bekerja sama untuk memperkuat sistem keuangan global, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dan mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi.
Dalam situasi yang sulit ini, kita juga dapat belajar untuk menjadi lebih tangguh dan adaptif dalam menghadapi tantangan yang ada. Kita dapat memperkuat keterampilan dan kemampuan kita, serta meningkatkan daya tahan kita secara individu dan kolektif sebagai masyarakat global.
Dengan belajar dari pandemi ini dan bekerja sama untuk mengatasi tantangan yang ada, kita dapat membangun dunia yang lebih baik dan lebih kuat pasca pandemi. (warnamediaonline.com/Dudy_