Polusi Udara berdampak terhadap kesehatan warga DKI Jakarta

Dudi Duta Akbar _Tenaga Ahli Komisi Kesejahteraan Masyarakat DPRD DKI Jakarta

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang bekerja sama dengan Formula E Operations Limited (FEO) menyelenggarakan acara balap mobil listrik yaitu Formula E Jakarta. Ajang balap Formula E pertama digelar di Olympic Park Beijing pada 2014. Mobil balap Gen1 saat itu menggunakan teknologi baterai listrik, Formula E dinilai memimpin pergeseran kendaraan berbahan bakar bensin (BBM) ke kendaraan berbahan bakar listrik untuk energi berkelanjutan dan ramah lingkungan. Melalui Formula E bertujuan ingin meningkatkan kesadaran bahwa kendaraan listrik mampu mengurangi emisi sehingga dapat meningkatkan kualitas udara. Kualitas udara mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup. Kualitas udara yang baik akan berdampak positif bagi kehidupan dan sebaliknya kualitas udara yang buruk akan berdampak buruk bagi kesehatan. Indonesia merupakan negara yang masih banyak terdapat kota dengan kualitas udara yang buruk.

Hal ini juga terjadi di Jakarta, meningkatnya kepemilikan kendaraan, baik roda empat ataupun roda dua adalah salah satu pemicu peningkatan pencemaran udara. Jumlah kendaraan bermotor yang terus bertambah mendorong peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Proses pembakaran BBM pada kendaraan bermotor mengemisikan gas buang yang mengandung zat-zat pencemar, diantaranya nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO 2), partikel berdiameter 10 mikron dan 2,5 mikron ke bawah (Partikulat Matter/PM 10 dan PM 2,5 ) serta hidrokarbon (HC). Menurut (Achmadi, 2019), komposisi udara normal meliputi 79 persen Nitrogen (N), 20 persen Oksigen (O2) dan 1 persen berbagai bahan seperti ozon (O3), karbondioksida (CO2), CO, SO2 dan lain-lain. Penyimpangan dari kondisi normal tersebut atau perubahan konsentrasi jenis komponen pada waktu dan tempat tertentu menimbulkan pencemaran yang berdampak terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pencemaran udara diartikan dengan turunnya kualitas udara sehingga udara mengalami penurunan mutu dalam penggunaannya yang akhirnya tidak dapat digunakan lagi sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya. Dalam pencemaran udara selalu terkait dengan sumber yang menghasikan pencemaran udara yaitu sumber yang bergerak (umumnya kendaraan bermotor) dan sumber yang tidak bergerak (umumnya kegiatan industri) sedangkan pengendalian selalu terkait dengan serangkaian kegiatan pengendalian yang bermuara dari batasan baku mutu udara (BAPPENAS RI, 2020).

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Dengan demikian, kualitas udara perkotaan di Indonesia umumnya cenderung mengalami penurunan sehingga berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, diantaranya berupa iritasi mata, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Pemantauan ISPU (Indeks Standard Pencemaran Udara)  dilakukan berdasarkan data meteorologi yang mempengaruhi konsentrasi udara ambien. Data yang dimaksud seperti kecepatan dan arah angin, kelembaban, temperature udara, intensitas matahari, dan curah hujan. ISPU adalah angka yang menunjukkan kualitas udara. Zat-zat yang menjadi parameter dalam ISPU sebagai kontrol kualitasi udara, yaitu partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2), ozon (O3), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2). Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) pada umumnya menurunkan konsentrasi pencemar yang berkaitan erat dengan kendaraan seperti CO, NO2, dan Hidrokarbon, parameter ini yang akan diprediksi menggunakan metode Vector Autoregressive. Penelusuran mengenai kesehatan udara diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi guna tercapai kesehatan udara baqi warga DKI Jakarta.

Berdasarkan pengolahan data set yang terdiri dari Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Ozon (O3), partiketl udara yang berukur kecil dari 1.0 mikron (PM10) dan Sulfur dioksida (SO2). Runtun waktu data bulanan dari Januari 2022 sampai dengan Desember 2022. Pendekatan metode yang fokus pada data, dimana jika data telah disimpulkan maka data akan berbicara. Dalam   metode ini  tidak   hanya   menghasilkan rekomendasi berdasarkan model yang digunakan   dalam   merespon   adanya   suatu guncangan (event formula E). Metode ini juga dapat   melihat   respon   jangka panjang   berdasarkan   data   historisnya. Menggunakan impuls response function (IRF) mengidentifikasikan suatu kejutan   pada   satu   variabel   endogen sehingga   dapat   menentukan  bagaimana   suatu perubahan   yang   tidak   diharapkan   dalam variabel     mempengaruhi     variabel     lainnya.

Impuls Respon

Data olah : Eviews 12

Penggunaan IRF (Impuls Respons Function) memungkinkan peneliti dapat menelusuri  time path dari suatu guncangan (inovasi) terhadap   suatu   variabel. IRF  melihat   dampak guncangan  satu standar deviasi terhadap variabel   lain   dan   variabel   itu   sendiri   pada periode   pertama,   kedua,   dan   seterusnya.  IRF dapat   menunjukan   pula   tanda   dari   multiplier dinamis, tetapi tidak menunjukan ukuran dan besarnya.

Gambar tersebut memperlihatkan bahwa respon terbesar pada CO (senyawa yang  berakibat pada turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak) adalah pada shock/peningkatan pada senyawa itu sendiri, Sama halnya untuk respon NO2 (Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru) terbesar Ketika terjadi pada perubahaan/peningkatan senyawa itu sendiri. Namun Untuk Ozon (O3) respon terbesar perubahaannya terjadi pada saat terjadi shock/perubahaan pada senyawa CO, dan ini terjadi diawal peride walaupun diperiode berikutnya senyawa CO segera turun dan melandai. Berikutnya untuk senyawa SO2, respon terbesar perubahannya Ketika terjadi perubahan/shock pada CO, dan untuk respon partikel debu PM10 terbesar Ketika terjadi shok terbesar pada partikel debu itu sendiri namun di periode 3 sampai dengan 5 shocc/perubahaan terbesar disebabkan oleh CO.

Sementar untuk melihat kontribusi terbesar variable tertentu terhadap variable lainnya dapat dilihat pada gambar dibawah

Olah data : Eviews 12

Gambar menerangkan besarnya kontribusi senyawa lainnya terhadap komposisi perubahan kandungan emisi. Dimana diawal periode kandungan karbon monoksida (CO) dominan dan sempat turun di periode 2 dan 3 namun mengalami kenaikan di periode 4 dan terus bertahan dilevel tertentu hingga akhir periode dengan lag (kelambanan) yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa event Formula E yang diadakan di pertengahan tahun yakni bulan Juni tidak memiliki signifikansi terhadap perubahan udara berkaitan dengan kesehatan masyarakat dengan kandungan karbon monoksida (Co) . Eksternalitas positif atau negative tidak signifikan terjadi

Hal yang sama juga terjadi di partikel debu dengan PM10 yang mengalami peningkatan di awal periode yakni peridoe 2 dan 3, dan kemudian mengalami penurunan yang tidak signifikan diperiode-periode berikutnya. Hal ini juga menunjukkan tidak ada perubahan signifikan, berkaitan dengan partikel debu (PM10) dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu.Sebagian benda partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Untuk komposisi partikel PM10 yang berbahaya juga tidak mengalami perubahan yang signifikan. Ekternalitas event Formula pun tidak terjadi pada komposisi debu/partikel PM10.

Untuk Ozon (O3) yang justru meningkat di awal periode dan terus dilevel yang sama hingga akhir periode. Menunjukkan bahwa penyelenggaraan Formula E tidak memiliki signifikansi terhadap perubahan ozon dan juga tidak menunjukkan adanya eksternalitas positif ataupun negative.Hal sama juga terjadi di senyawa sulfur dioksida (SO2) dan Nitrogen dioksida (NO2), tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Grafik Variance Dekomposi Gabungan

Olah data : Eviews 12

Gambar memperlihatkan bahwa kontribusi dominan yang terjadi di periode pengambilan data ada pada senyawa CO dan NO2, dimana senyawa Karbon Monoksida (CO) dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Serta NO2, Nitrogen oksida yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru.

Sementara kenaikan ozon terjadi  diperiode 2 ke periode 3 dan terus berada di level tersebut, sementara keberadaan event Formula E tidak berkontribusi terhadap komposisi senayawa yang berbahaya bagi kesehatan warga DKI Jakarta, dan tidak dapat meredam kenaikan pencemaran udara yang ada dalam hal ini yang disebabkan oleh pencemaran udara akibat Emisi gas buang.

berdasarkan kandungan emisi gas buang untuk senyawa CO, NO2,Ozon (O3) senyawa SO2 maupun partikel debu PM10 yang dilakukan di Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA) di Bundaran HI.  Senyawa kandungan udara emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang masih tinggi yang berpotensi menganggu Kesehatan warga DKI Jakarta, perlu penanganan yang tepat dan cepat. (Dudi Duta Akbar)