Oleh : Dudi D. Akbar

Warnamediaonline.com (05/07/2024). Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, telah lama menghadapi berbagai masalah lingkungan, salah satunya adalah polusi udara. Di balik gedung pencakar langit dan hiruk-pikuk aktivitas kota, terdapat ancaman yang tidak terlihat namun sangat berbahaya bagi kesehatan warganya, terutama anak-anak. Polusi udara tidak hanya menyebabkan penyakit pernapasan dan kardiovaskular, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang kurang disadari, yaitu stunting pada anak-anak. Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami pertumbuhan yang terhambat akibat malnutrisi kronis dan paparan lingkungan yang buruk, termasuk polusi udara.

Mengapa Polusi Udara Menjadi Ancaman Serius?

Polusi udara di Jakarta terutama disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran sampah. Partikulat halus seperti PM2.5 (partikel dengan diameter kurang dari 2.5 mikrometer) adalah salah satu polutan yang paling berbahaya. Partikel ini dapat terhirup dan masuk ke dalam sistem pernapasan, menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, konsentrasi tahunan PM2.5 di Jakarta adalah yang tertinggi di antara semua pusat kota di Indonesia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan bahwa polusi udara adalah salah satu risiko lingkungan terbesar bagi kesehatan manusia. Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit tidak menular (NCD) seperti penyakit jantung, stroke, penyakit paru-paru kronis, dan kanker paru-paru. Di Jakarta, penyakit-penyakit ini menyumbang 79% dari total kematian pada tahun 2019. Namun, dampak polusi udara tidak hanya berhenti pada penyakit-penyakit tersebut.

Hubungan Polusi Udara dan Stunting

Stunting pada anak-anak sering kali diakibatkan oleh malnutrisi kronis, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa polusi udara juga memainkan peran penting. Anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan tingkat polusi tinggi cenderung mengalami pertumbuhan yang terhambat. Mengapa demikian?

Anak-anak menghirup lebih banyak udara per kilogram berat badan dibandingkan orang dewasa, sehingga mereka lebih rentan terhadap efek polutan. Paru-paru dan sistem pernapasan mereka yang masih berkembang membuat mereka lebih mudah terkena dampak buruk polusi udara. Studi menunjukkan bahwa polusi udara dapat mengganggu penyerapan nutrisi, menyebabkan peradangan kronis, dan mengganggu perkembangan hormon pertumbuhan.

Sebuah analisis sistematis oleh Abbafati et al. (2020) dalam “Global Burden of 87 Risk Factors in 204 Countries and Territories, 1990–2019” yang diterbitkan di The Lancet menemukan bahwa polusi udara merupakan faktor risiko utama yang memengaruhi kesehatan anak-anak. Paparan jangka panjang terhadap polusi udara, terutama PM2.5, berkaitan erat dengan peningkatan kasus stunting. Polusi udara dapat menyebabkan peradangan sistemik yang mengganggu penyerapan nutrisi penting seperti zat besi dan vitamin A, yang krusial untuk pertumbuhan anak.

Studi dari American Lung Association juga menunjukkan bahwa paparan polusi udara sejak dalam kandungan dapat berdampak negatif pada perkembangan janin, mengakibatkan berat badan lahir rendah dan pertumbuhan yang terhambat. Hal ini diperkuat oleh temuan Andriani et al. (2020) yang menunjukkan bahwa polusi udara dapat mengurangi efektivitas program nutrisi yang diberikan kepada ibu hamil dan anak-anak, karena polutan mengganggu penyerapan nutrisi yang diberikan.

Penelitian lain oleh Ester Theresia Siringoringo et al. (2020) menunjukkan bahwa keluarga dengan tingkat polusi udara tinggi di rumah, seperti dari penggunaan bahan bakar padat untuk memasak, memiliki anak-anak dengan tingkat stunting yang lebih tinggi. Polusi udara rumah tangga ini sering kali diabaikan namun memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan anak.

Selain itu, penelitian oleh Sinaga et al. (2022) menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di dekat industri pembakaran batu bata di Pagar Merbau, Indonesia, memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi. Polusi dari asap pembakaran tersebut mengandung partikel-partikel berat yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan penyerapan nutrisi pada anak-anak.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Dampak stunting tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik anak-anak tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang bagi ekonomi dan kesejahteraan sosial. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah, prestasi akademis yang buruk, dan produktivitas yang rendah di masa dewasa. Hal ini tentu saja berpengaruh negatif pada pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi negara.

Studi yang sama oleh Dudi Duta Akbar memperkirakan bahwa beban ekonomi akibat polusi udara di Jakarta mencapai USD 2943.42 juta pada tahun 2019, setara dengan 2,2% dari PDB kota. Biaya ini mencakup biaya perawatan kesehatan, kehilangan produktivitas, dan kerugian akibat kematian dini. Kota Jakarta khususnya mengalami kerugian ekonomi terbesar, dengan dampak kesehatan yang parah dan tingginya biaya rawat inap terkait penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Perlunya Kebijakan dan Intervensi

Menghadapi ancaman serius ini, diperlukan tindakan nyata dari pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi polusi udara dan mencegah stunting. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

  1. Pengurangan Emisi Kendaraan Bermotor: Mendorong penggunaan transportasi umum, kendaraan listrik, dan kebijakan pembatasan kendaraan bermotor di wilayah tertentu.
  2. Pengelolaan Limbah yang Lebih Baik: Mencegah pembakaran sampah terbuka dan meningkatkan pengelolaan limbah industri.
  3. Penghijauan Kota: Menambah ruang hijau dan taman kota yang dapat menyerap polutan udara.
  4. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya polusi udara dan pentingnya menjaga kesehatan anak-anak.
  5. Pemantauan Kualitas Udara: Memperketat pemantauan dan penegakan hukum terkait batasan emisi polutan udara.

Polusi udara adalah ancaman nyata dan serius bagi kesehatan anak-anak di Jakarta, menyebabkan peningkatan kasus stunting yang berdampak jangka panjang pada kualitas hidup dan ekonomi. Temuan dari studi literatur menegaskan perlunya tindakan segera untuk mengatasi polusi udara dan melindungi generasi muda dari dampak buruknya. Dengan kebijakan yang tepat dan partisipasi aktif dari semua pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak kita.

Sebagai warga Jakarta, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan dan kesehatan generasi mendatang. Polusi udara dan stunting mungkin tersembunyi, tetapi dampaknya sangat nyata. Mari bersama-sama beraksi untuk masa depan yang lebih baik.

Karikatur ini dengan jelas menggambarkan efek mengerikan dari polusi udara terhadap kesehatan anak-anak di Jakarta. Gambar ini menampilkan area perkotaan yang padat, dipenuhi dengan kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi berbahaya dan pabrik industri yang mengeluarkan asap hitam ke udara. Di latar depan, seorang anak kecil dengan tubuh terhambat berdiri mengenakan masker, mencerminkan betapa rentannya mereka terhadap polusi udara. Di samping anak tersebut, berdiri seorang orang dewasa yang sehat dan tinggi, menunjukkan kontras yang mencolok dalam hal pertumbuhan dan kesehatan antara generasi muda yang terpapar polusi dan mereka yang tidak.

Selain itu, karikatur ini juga memperlihatkan dampak lingkungan dan sosial dari polusi udara. Terlihat rumah sakit dengan antrian panjang, menunjukkan meningkatnya jumlah pasien yang menderita penyakit akibat polusi. Pohon-pohon di sekitar area tersebut memiliki daun yang berubah menjadi coklat, menggambarkan bagaimana polusi udara tidak hanya merusak kesehatan manusia tetapi juga lingkungan. Sebuah papan iklan yang menampilkan tingkat polusi tinggi semakin menekankan urgensi masalah ini. Gambar ini secara keseluruhan menciptakan nuansa kekhawatiran dan mendesak, menyoroti kebutuhan mendesak untuk tindakan segera dalam mengatasi polusi udara di kota Jakarta.

Penulis : Dudi D. Akbar – Dosen dan Peneliti