Oleh Dudi Duta Akbar

Di era digital, keberhasilan bisnis sangat bergantung pada pengelolaan sumber daya manusia, terutama ketika Generasi Z mulai mendominasi angkatan kerja. Generasi yang lahir antara 1997 dan 2012 ini membawa dinamika baru dalam dunia kerja, di mana penghargaan dan pengakuan atas kontribusi mereka menjadi sangat penting. Namun, kebijakan punishment yang berlebihan bisa menjadi pisau bermata dua, mengancam semangat dan produktivitas mereka.

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang menginginkan lingkungan kerja yang adil dan mendukung. Mereka merespons positif terhadap reward yang dapat berupa bonus, kenaikan gaji, pujian, atau promosi. Penghargaan semacam ini tidak hanya meningkatkan motivasi mereka tetapi juga mendorong produktivitas yang lebih tinggi. Namun, ketika punishment diterapkan secara berlebihan, dampaknya bisa merugikan. Hukuman yang terlalu keras atau tidak proporsional dapat menurunkan semangat kerja, menimbulkan stres, dan bahkan mengurangi loyalitas terhadap perusahaan.

Penelitian terbaru dari DDA dan Andini mengungkapkan bahwa meskipun reward berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, punishment yang berlebihan justru memiliki dampak negatif. Temuan ini menunjukkan bahwa kebijakan manajemen kinerja perlu disesuaikan dengan karakteristik dan preferensi Generasi Z. Pendekatan yang seimbang antara reward dan punishment diperlukan untuk memaksimalkan kinerja mereka. Penghargaan yang diberikan harus adil dan sesuai dengan kontribusi mereka, sementara punishment harus diterapkan secara bijak dan proporsional.

Pandemi COVID-19 telah mempercepat perubahan dalam cara kerja banyak perusahaan, dan Generasi Z berada di garis depan perubahan ini. Mereka lebih memilih fleksibilitas dan kesempatan untuk berkembang dalam karir mereka. Reward yang berupa kesempatan pengembangan diri dan pelatihan sangat dihargai oleh Generasi Z. Perusahaan yang dapat memberikan reward seperti ini akan lebih mampu menarik dan mempertahankan talenta Generasi Z. Sebaliknya, punishment yang berlebihan dapat menyebabkan stres dan berkurangnya loyalitas mereka terhadap perusahaan. Generasi Z juga lebih cenderung untuk berbicara dan mengungkapkan ketidakpuasan mereka, sehingga perusahaan harus lebih transparan dan komunikatif dalam menerapkan kebijakan reward dan punishment.

Selain itu, evaluasi indikator kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan perusahaan menjadi sangat penting. Generasi Z cenderung lebih responsif terhadap penilaian kinerja yang objektif dan transparan. Dengan menerapkan reward dan punishment yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan kinerja karyawan Generasi Z secara signifikan. Penelitian ini memberikan panduan bagi perusahaan dalam merancang kebijakan manajemen kinerja yang efektif dan perlu dievaluasi serta disesuaikan secara terus-menerus. Dengan demikian, perusahaan dapat memastikan bahwa kebijakan reward dan punishment mereka tetap relevan dan efektif, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan produktif bagi Generasi Z.

Generasi Z adalah masa depan dunia kerja, dan cara kita mengelola mereka akan menentukan keberhasilan bisnis di masa depan. Penting bagi perusahaan untuk memahami dan memenuhi kebutuhan unik Generasi Z. Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat mencapai keberhasilan jangka panjang di era globalisasi. Reward dan punishment bukan hanya alat manajemen kinerja, tetapi juga sarana untuk membangun budaya kerja yang positif. Dengan mengembangkan strategi yang holistik dan terintegrasi, perusahaan dapat mengoptimalkan kinerja Generasi Z dan memastikan bahwa mereka dapat memberikan kontribusi maksimal di tempat kerja. Kesimpulannya, reward dan punishment adalah kunci untuk mengoptimalkan kinerja Generasi Z, dan dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat mencapai keberhasilan jangka panjang di era globalisasi.

Sumber tulisan dari hasil kajian ilmiah : https://prin.or.id/index.php/cemerlang/article/view/3012